## Misteri Barisan Babun Terungkap: Bukan Strategi, Melainkan Persahabatan!
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan dibuat penasaran oleh formasi barisan unik yang kerap ditunjukkan babun saat bergerak secara berkelompok. Apakah ini strategi bertahan hidup, perebutan makanan, atau kepemimpinan yang terstruktur? Studi terbaru dari Swansea University mengungkap jawaban yang mengejutkan dan jauh lebih sederhana: babun berbaris karena ingin dekat dengan teman-temannya.
Penelitian ini melibatkan pelacakan 13 babun chacma di Da Gama Park, Afrika Selatan, menggunakan kalung GPS beresolusi tinggi selama 36 hari. Hasilnya? 78 pergerakan kelompok terkoordinasi diamati, dan formasi barisan yang terbentuk ternyata bukan hasil dari strategi survival, melainkan cerminan dari ikatan sosial yang kuat di antara mereka.
Studi ini menantang teori-teori lama yang menjelaskan perilaku berbaris babun. Hipotesis risiko (individu kuat melindungi yang lemah), hipotesis kompetisi (individu rendah status berebut akses makanan), dan hipotesis kepemimpinan (individu pemimpin memimpin perjalanan) terbukti tidak sesuai dengan data yang dikumpulkan. Posisi dalam barisan tidak berkorelasi kuat dengan perlindungan, akses makanan, atau kepemimpinan.
Justru sebaliknya, babun dominan sering berada di tengah barisan, sementara yang subordinat di tepi. Ini bukan karena strategi, melainkan karena posisi sosial mereka. Dr. Andrew King dari Swansea University menjelaskan, formasi ini mencerminkan hubungan sosial, bukan keputusan individual. Babun yang terhubung secara sosial dan berpangkat tinggi cenderung berada di tengah kelompok.
Peneliti memperkenalkan konsep “spandrel sosial” untuk menjelaskan fenomena ini. Mirip seperti spandrel dalam arsitektur—ruang yang muncul sebagai efek samping desain—formasi barisan babun merupakan produk sampingan dari hubungan sosial yang kuat. Babun yang dekat secara sosial cenderung berjalan berdampingan, dan seiring waktu, hal ini membentuk formasi barisan yang konsisten.
Data GPS yang dikumpulkan selama 13,87 jam, mencakup berbagai aktivitas babun, dari mencari makan hingga kembali ke tempat tidur. Menariknya, kecepatan, bentuk, dan urutan perjalanan tetap stabil terlepas dari waktu dan tujuan. Ini semakin memperkuat kesimpulan bahwa formasi barisan bukan ditentukan oleh strategi berbasis waktu atau kebutuhan.
Penelitian juga membandingkan kedekatan babun saat istirahat dan saat berjalan. Pasangan yang sering bersama saat santai juga tetap berdekatan saat bergerak. Babun dominan berada di pusat karena babun lain mendekatinya, bukan karena mendorong yang lain. Babun subordinat, dengan sedikit teman, cenderung berada di pinggir.
Kesimpulannya, tidak ada korelasi antara posisi dalam barisan dengan keuntungan seperti akses makanan atau keamanan. Bahkan saat melewati area urban yang berisiko, urutan barisan tetap sama. Barisan babun bukanlah strategi, melainkan refleksi dari relasi sosial.
Marco Fele, penulis utama studi ini, menekankan pentingnya ikatan sosial bagi babun, yang berkaitan dengan umur panjang dan keberhasilan reproduksi. Namun, dalam konteks formasi barisan, ikatan sosial tersebut tidak melayani tujuan tertentu. Urutan perjalanan hanyalah efek samping dari hubungan tersebut, bukan strategi dengan manfaat langsung.
Studi ini mengubah cara pandang kita terhadap perilaku hewan liar. Tidak semua gerakan kelompok bersifat strategis. Kadang, seperti yang ditunjukkan oleh babun, gerakan tersebut hanyalah cerminan dari persahabatan yang kuat, sebuah kekuatan alam yang mengatur kehidupan mereka, bahkan di tengah kerasnya hutan belantara.