PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA): Ekspansi Agresif di Semester II-2025, Akankah Memulihkan Kinerja?
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) tengah bersiap untuk akselerasi pertumbuhan di semester kedua tahun 2025. Rangkaian ekspansi ambisius digagas untuk membalikkan tren kinerja yang kurang memuaskan di kuartal I-2025, di mana PJAA membukukan kerugian Rp 11,32 miliar. Langkah ini menjadi jawaban atas penurunan pendapatan sebesar 17,54% (YoY) menjadi Rp 210,80 miliar, yang sebagian disebabkan oleh belum pulihnya bisnis *recurring income* dan lesunya penjualan properti, menurut analis Muhammad Wafi dari Korea Invesment and Sekuritas Indonesia (KISI).
Salah satu fokus utama ekspansi PJAA adalah pengembangan proyek *mini cluster* atau hunian tingkat menengah di Jakarta Utara. Proyek ini selaras dengan upaya pemerintah dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat. Di sektor andalannya, rekreasi, PJAA berencana meningkatkan daya tarik Ancol melalui inovasi di Dunia Fantasi (Dufan) dan Taman Pantai, serta revitalisasi aset-aset penting seperti Cottage Putri Duyung Ancol dan Pasar Seni Ancol. Inovasi ini dibarengi dengan pengembangan program hiburan dan acara tematis, baik melalui kolaborasi maupun inisiatif internal. Keberhasilan strategi ini terlihat dari lonjakan pengunjung Ancol selama libur panjang sekolah (27 Juni – 6 Juli 2025), yang mencapai 38.000 orang per hari – peningkatan 10-15% dibandingkan hari biasa.
Untuk mendukung ekspansi ini, PJAA akan melakukan penyesuaian bertahap pada belanja modal (capex). Meskipun nominalnya belum diungkapkan, Agung Praptono, Sekretaris Perusahaan PJAA, menegaskan bahwa penyesuaian tersebut didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan disesuaikan dengan kondisi pasar serta kinerja operasional perusahaan. Strategi ini difokuskan pada efisiensi, pertumbuhan *recurring income*, dan penguatan portofolio layanan yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Analis menilai rencana ekspansi PJAA ini sebagai langkah positif. Namun, Wafi dari KISI mengingatkan bahwa pemulihan sektor properti PJAA diperkirakan lebih lambat dibandingkan sektor rekreasi. Oleh karena itu, PJAA perlu fokus pada perbaikan aset-aset *recurring income*, seperti taman bermain dan wahana, serta kampanye pemasaran yang efektif. Faktor daya beli masyarakat juga akan menjadi penentu keberhasilan strategi ini. Ia melihat valuasi saham PJAA saat ini tergolong murah (PBV terendah dalam 1,5 tahun terakhir), namun tetap menekankan risiko karena perusahaan masih merugi. Rekomendasi Wafi adalah *wait and see* dengan target harga Rp 600.
Pendapat senada disampaikan Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas, yang juga merekomendasikan *wait and see* dengan level *support* Rp 472 dan *resistance* Rp 488. Ia mengamati pergerakan saham PJAA yang relatif melandai, berada di antara MA20 dan MA60. Indikator MACD berpotensi menguat ke area positif, sementara Stochastic berisiko terkoreksi ke area netral. Penutupan perdagangan Rabu (9/7) menunjukkan saham PJAA menguat 0,84% ke harga Rp 480. Secara bulanan, saham PJAA turun 0,83%, namun naik 3% dalam tiga bulan terakhir. Sejak awal tahun, saham PJAA mengalami penurunan 14,29%. Keberhasilan ekspansi PJAA dan dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan akan menjadi penentu arah pergerakan sahamnya ke depan.