Lebih dari 40.000 wisatawan terdampar di Israel, negara yang kini berubah menjadi medan konflik. Serangan udara mendadak Israel ke Iran pada Jumat dini hari, 13 Juni 2025, memicu balasan berupa serangan rudal dari Teheran. Akibatnya, langit Israel dipenuhi bayangan perang, bandara-bandara ditutup, dan penerbangan dibatalkan, mengubah liburan musim panas menjadi mimpi buruk. Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, gerbang utama Israel, tetap tertutup tanpa jadwal pembukaan yang pasti, meninggalkan ribuan wisatawan dalam ketidakpastian.
Awalnya, rencana liburan di Israel tampak menjanjikan: jelajah Kota Tua Yerusalem, bersantai di pantai Tel Aviv, menginap di hotel bersejarah. Namun, kini sirene serangan udara menggantikan suara riang wisatawan. Tempat perlindungan bom menjadi tempat paling sering dikunjungi, menggantikan rencana wisata yang telah dirancang matang. Di Yerusalem, rudal-rudal menerangi langit malam, sementara di Tel Aviv, beberapa distrik terkena serangan langsung, memaksa warga dan wisatawan berlarian mencari perlindungan. Bahkan Parade Kebanggaan Tel Aviv yang terkenal pun dibatalkan. Hotel-hotel mewah yang tadinya penuh sesak, kini menjadi tempat penampungan sementara yang penuh kekhawatiran. Museum dan toko-toko tutup, akses ke Kota Tua Yerusalem dibatasi. Semarak pariwisata Israel redup di bawah bayang-bayang perang.
Penutupan Bandara Ben Gurion menimbulkan efek domino yang dahsyat pada industri pariwisata. Maskapai internasional menghentikan operasi, membuat pemesanan penerbangan pengganti hampir mustahil. Biaya akomodasi pun membengkak, menambah beban bagi wisatawan yang terjebak dan tak tahu kapan bisa pulang. Salah satu opsi kepulangan adalah melalui jalur darat ke Yordania, namun rute ini terbatas, mahal, dan berisiko, hanya sampai Amman, dan wisatawan masih harus mencari penerbangan internasional selanjutnya dengan biaya dan jadwal yang tidak pasti.
Dampak ekonomi dari krisis ini sangat signifikan. Pariwisata berkontribusi hampir 3% terhadap PDB Israel. Dengan 40.000 wisatawan terdampar dan ribuan lainnya membatalkan perjalanan, sektor ini mengalami penurunan drastis. Dampaknya merembet ke sektor perhotelan, transportasi, layanan makanan, dan acara budaya yang bergantung pada turis. Pemerintah berbagai negara telah mengeluarkan peringatan perjalanan, menyarankan warganya untuk menghindari Israel dan sekitarnya karena ancaman rudal, serangan militer, dan situasi keamanan yang tidak stabil. Krisis ini menjadi pengingat betapa rapuhnya industri pariwisata di tengah gejolak geopolitik.