Proyeksi IHSG Semester II 2025: Analis Ungkap Potensi Sektor & Rekomendasi Saham Pilihan
Semester pertama 2025 menjadi periode yang penuh dinamika bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Setelah sempat mencapai puncaknya di level 7.257 pada akhir Januari, indeks kebanggaan pasar modal Indonesia ini terkoreksi dan menutup perdagangan 30 Juni di posisi 6.927. Fluktuasi ini mencerminkan sentimen pasar yang berhati-hati namun juga membuka peluang di sejumlah sektor.
Dari sebelas sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor teknologi melesat paling impresif dengan lonjakan fantastis sebesar 63,46% secara *year to date* (ytd). Kinerja solid juga ditunjukkan oleh sektor material dasar yang tumbuh 18,26% ytd, diikuti oleh sektor transportasi dan logistik dengan penguatan 11,95% ytd.
**Di Balik Tekanan: Pergerakan Saham *Blue Chip* dan Sentimen Global**
Abdul Azis Setyo Wibowo, *Equity Research* Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyoroti bahwa di balik kilau beberapa sektor, sejumlah saham *blue chip* dengan kapitalisasi besar justru menghadapi tekanan signifikan di semester I-2025. Emiten-emiten papan atas seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menjadi pemberat indeks. Kondisi ini dipicu oleh tekanan *foreign flow*, penguatan dolar AS, serta kekhawatiran akan perlambatan kredit dan kinerja sektor komoditas tertentu. “Sentimen global juga belum banyak memberi katalis untuk *risk-on strategy*, sehingga dampak kami kira indeks masih cenderung *sideways* bahkan terkoreksi hingga akhir semester I-2025,” ujar Azis kepada Kontan, Selasa (1/7).
Menyambut Semester II: Rotasi Sektor dan Katalis Positif
Namun demikian, prospek pasar diprediksi akan sedikit lebih cerah memasuki semester kedua. Muhammad Wafi dari Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) menyoroti potensi rotasi sektor. Menurutnya, pergerakan dana akan bergeser dari saham-saham yang telah berkinerja unggul (*outperform*) menuju sektor-sektor yang masih tertinggal (*laggards*) dan memiliki potensi kenaikan.
Beberapa sektor yang menjadi perhatian utama adalah konsumer staples, yang didukung oleh tren pemulihan ekonomi domestik. Sektor perbankan diuntungkan oleh potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, yang dapat meredakan *borrowing cost*. Sektor industrials juga berpotensi terangkat seiring dengan membaiknya aktivitas ekonomi, sementara sektor material dasar bisa terdorong jika kondisi global dan pasar komoditas lebih kondusif.
Azis dari Kiwoom Sekuritas menambahkan bahwa sejumlah katalis positif siap menyokong IHSG di paruh kedua tahun ini. Pelonggaran stimulus fiskal oleh pemerintah, ekspektasi pemangkasan suku bunga yang semakin kuat, serta pembagian dividen interim dari beberapa emiten diperkirakan akan menjadi dorongan signifikan. Saham-saham seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), serta PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dinilai punya potensi mengangkat indeks, terutama karena ditopang oleh narasi energi, emas, ekonomi syariah, dan infrastruktur. Meski demikian, tekanan masih mungkin terasa pada saham-saham bank jumbo jika ketidakpastian global masih menyelimuti.
Senada, Nafan Aji Gusta, *Senior Market Analyst* Mirae Asset Sekuritas, memproyeksikan bahwa sektor teknologi akan mendapatkan keuntungan besar di semester II-2025. Stabilitas peningkatan konsumsi domestik, ditambah dengan pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia yang membuat biaya pinjaman mereda, akan memicu penguatan konsumsi dan secara langsung menguntungkan sektor teknologi.
Strategi Investasi: Selektif dan Cermati Kondisi Makro
Bagi para investor, strategi selektif menjadi kunci untuk menghadapi dinamika pasar. Wafi menyarankan agar fokus pada emiten dengan valuasi yang masih menarik (*undervalued*), bersikap selektif terutama di sektor-sektor *laggards*, serta mencermati kondisi makroekonomi global dan momentum rilis laporan keuangan kuartalan.
Rekomendasi Saham Pilihan Para Analis
Para analis juga telah merangkum sejumlah saham yang layak dipantau dengan ruang pertumbuhan serta katalis yang masih suportif:
* Abdul Azis Setyo Wibowo (Kiwoom Sekuritas Indonesia):
* ANTM: Potensi dari *demand* emas. *Trading buy* dengan target harga Rp 3.120.
* BRIS: Potensi dari ekonomi syariah. *Trading buy* dengan target harga Rp 2.700.
* Muhammad Wafi (Korea Investment and Sekuritas Indonesia):
* ICBP: Target harga Rp 12.000.
* INDF: Target harga Rp 8.500.
* BMRI: Target harga Rp 6.000.
* BBRI: Target harga Rp 5.000.
* MDKA: Target harga Rp 2.600.
Dengan dinamika pasar yang terus berubah, pemahaman mendalam tentang prospek sektor dan rekomendasi dari para ahli menjadi panduan berharga bagi investor untuk meraih peluang di semester kedua tahun 2025.