Rupiah Besok: Data Domestik Jadi Penentu? Cek Proyeksinya!

Avatar photo

- Penulis Berita

Rabu, 9 Juli 2025 - 22:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rupiah Kembali Melemah di Tengah Kekhawatiran Ekonomi dan Volatilitas Pasar

Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu, 9 Juli. Pergerakan kurs rupiah ini menjadi sorotan utama di pasar keuangan domestik, mengingat dampaknya terhadap stabilitas ekonomi. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah spot tercatat melemah 0,32% secara harian, ditutup pada posisi Rp 16.258 per dolar AS. Sementara itu, data dari Jisdor Bank Indonesia (BI) menunjukkan pelemahan yang lebih tipis, yakni 0,10%, membawa kurs rupiah ke level Rp 16.254 per dolar AS.

Kekhawatiran Lapangan Kerja dan Dampaknya pada Rupiah

Pelemahan kurs rupiah ini, menurut pengamatan Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi, tidak lepas dari sentimen negatif di tengah masyarakat. Salah satu pemicu utamanya adalah kekhawatiran yang kian meningkat terkait ketersediaan lapangan kerja, yang berdampak langsung pada menurunnya keyakinan publik terhadap ekspektasi penghasilan di masa mendatang. Kondisi psikologis ini secara tidak langsung memengaruhi persepsi terhadap ekonomi makro dan pada akhirnya, nilai tukar mata uang.

Dukungan terhadap pandangan Ibrahim diperkuat oleh survei Bank Indonesia yang menunjukkan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) berada di zona pesimistis. Data terkini, per Juni 2025, mencatat IKLK di angka 94,1, menunjukkan penurunan signifikan dari bulan sebelumnya yang berada di 95,7. Angka ini menandakan prospek lapangan kerja yang semakin suram dibandingkan enam bulan sebelumnya, memicu kecemasan di kalangan pekerja dan pelaku usaha.

Ibrahim menegaskan bahwa kondisi ini patut menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang lebih tinggi di masa mendatang dapat menjadi ancaman nyata, yang pada gilirannya berpotensi memperparah angka pengangguran dan menekan daya beli masyarakat. Sentimen negatif inilah yang turut memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.

Fluktuasi Rupiah: Antara Permintaan Domestik dan Sentimen Global

Perspektif berbeda datang dari Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo. Ia mengamati bahwa pergerakan rupiah pada hari tersebut relatif bervariasi terhadap dolar AS. Menurut Sutopo, pelemahan tipis yang terjadi pada kurs rupiah bisa mencerminkan adanya potensi penurunan permintaan di dalam negeri, yang mengindikasikan perlambatan aktivitas ekonomi domestik.

Namun, di sisi lain, Sutopo juga menyoroti adanya penguatan rupiah di pasar spot yang tidak dapat diabaikan. Fenomena ini, lanjutnya, mengindikasikan hadirnya sentimen positif yang mungkin dipicu oleh meredanya ketegangan geopolitik di tingkat global serta peningkatan aliran modal asing yang masuk ke Indonesia. “Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan volatilitas kecil namun tetap menunjukkan daya tahan rupiah,” jelas Sutopo, menekankan kemampuan rupiah untuk beradaptasi di tengah dinamika pasar.

Proyeksi Rupiah ke Depan: Menanti Sentimen dan Data Ekonomi

Mengakhiri analisisnya, Sutopo Widodo memperkirakan bahwa pergerakan “mata uang Garuda” pada Kamis, 10 Juli, akan sangat bergantung pada rilis data ekonomi krusial. Rupiah berpotensi menguat jika data pertumbuhan ekonomi domestik menunjukkan hasil positif dan sentimen *risk-on* di pasar global terus mendominasi. Sebaliknya, rupiah bisa kembali berada di bawah tekanan apabila ada kabar negatif dari kondisi ekonomi Amerika Serikat atau peningkatan ketidakpastian geopolitik yang kembali memanas.

Untuk perdagangan esok hari, Sutopo memproyeksikan rupiah akan bergerak menguat tipis, diperdagangkan di kisaran Rp 16.200 hingga Rp 16.350 per dolar AS. Senada namun dengan pandangan yang sedikit berbeda, Ibrahim Assuaibi justru memperkirakan rupiah akan kembali melemah. Menurutnya, kurs rupiah kemungkinan besar akan berada di rentang Rp 16.240 hingga Rp 16.300 per dolar AS pada Kamis, 10 Juli. Perbedaan prediksi ini menyoroti kompleksitas faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah di tengah dinamika pasar global dan sentimen domestik.

Berita Terkait

IHSG Terbang Tinggi! Ini Saham Titipan Asing, Rabu
Net Sell Asing Rp367 M: Saham Apa Saja yang Dijual?
Rekomendasi Saham PJAA: Ekspansi Besar Semester II 2025!
Dharma Satya (DSNG) Siap Lunasi Obligasi yang Jatuh Tempo 30 Juli Rp 176 Miliar
IHSG Hari Ini: Sesi I Menguat! AMMN, SIDO, MAPA Rajai LQ45
AS Tetap Mengenakan Tarif Impor 32% kepada RI, Ekonom: Kita Jangan Banyak Mengalah
Perkuat Pasar ACP, Impack Pratama Industri (IMPC) Jadi Distributor ACP Seven
Harga Emas Antam Anjlok Rp 12.000 Jadi Rp 1.894.000 Per Gram Pada Hari Ini (9/7)

Berita Terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 01:38 WIB

IHSG Terbang Tinggi! Ini Saham Titipan Asing, Rabu

Kamis, 10 Juli 2025 - 00:43 WIB

Net Sell Asing Rp367 M: Saham Apa Saja yang Dijual?

Rabu, 9 Juli 2025 - 22:36 WIB

Rupiah Besok: Data Domestik Jadi Penentu? Cek Proyeksinya!

Rabu, 9 Juli 2025 - 21:12 WIB

Rekomendasi Saham PJAA: Ekspansi Besar Semester II 2025!

Rabu, 9 Juli 2025 - 13:22 WIB

Dharma Satya (DSNG) Siap Lunasi Obligasi yang Jatuh Tempo 30 Juli Rp 176 Miliar

Berita Terbaru

Finance

IHSG Terbang Tinggi! Ini Saham Titipan Asing, Rabu

Kamis, 10 Jul 2025 - 01:38 WIB

Autos

Aksesori Motor Bikin Garansi Hangus? Mitos atau Fakta?

Kamis, 10 Jul 2025 - 01:17 WIB

Technology

Infinix SMART 10 Plus: Desain iPhone 17 Air, Harga 1 Jutaan!

Kamis, 10 Jul 2025 - 01:03 WIB

Technology

HyperOS 2.3 Android 16: Daftar HP Xiaomi yang Kebagian Update!

Kamis, 10 Jul 2025 - 00:56 WIB

Finance

Net Sell Asing Rp367 M: Saham Apa Saja yang Dijual?

Kamis, 10 Jul 2025 - 00:43 WIB