RUPTL 2025-2034: Ancaman atau Peluang bagi Emiten EBT & Batubara?

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 1 Juni 2025 - 16:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

## RUPTL 2025-2034: Peluang Emas Emiten Energi Terbarukan dan Fosil

Pemerintah baru saja merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025-2034, sebuah dokumen yang akan membentuk peta jalan sektor energi Indonesia dalam dekade mendatang. Dengan target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW), RUPTL ini menghadirkan peluang dan tantangan bagi emiten di sektor energi baru terbarukan (EBT) maupun energi fosil.

Alokasi yang signifikan diberikan kepada EBT, mencapai 42,6 GW atau 61% dari total penambahan kapasitas. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap transisi energi menuju sumber daya yang lebih berkelanjutan. Sisa alokasi dialokasikan untuk pembangkit energi fosil (16,6 GW atau 24%) dan sistem penyimpanan energi (10,3 GW atau 15%). Pergeseran ini menciptakan angin segar bagi emiten EBT, seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang tengah mengembangkan bisnis hidrogen hijau. Mereka berpotensi besar untuk berperan aktif dalam proyek-proyek ambisius yang tertuang dalam RUPTL. Kehadiran RUPTL ini juga menarik minat investor domestik dan asing, membuka akses bagi emiten untuk memperoleh pendanaan hijau, seperti green bond atau green sukuk. Namun, kesuksesan partisipasi dalam proyek-proyek ini bergantung pada kapabilitas teknis dan finansial yang kuat, kemitraan strategis, serta komitmen terhadap prinsip-prinsip ESG.

Di sisi lain, rencana penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 6,3 GW menunjukkan bahwa batubara masih memiliki peran dalam bauran energi nasional, setidaknya dalam jangka menengah. Hal ini menjadi sentimen positif bagi emiten produsen batubara seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), terutama yang memiliki kontrak pasokan domestik. Meskipun demikian, volatilitas harga batubara global dan tekanan transisi energi tetap menjadi faktor risiko yang perlu dipertimbangkan.

Analis melihat beberapa emiten batubara memiliki keunggulan kompetitif. ADRO, sebagai perusahaan energi terintegrasi, memiliki diversifikasi bisnis yang kuat, memberikan stabilitas pendapatan. PTBA, dengan fokus pada pasar domestik dan rencana hilirisasi, juga berpotensi besar. ITMG, meskipun berorientasi ekspor, dapat memanfaatkan peningkatan permintaan domestik. AADI, sebagai anak usaha ADRO, berpeluang tumbuh signifikan, terutama jika kebijakan tarif royalti yang lebih rendah diterapkan. Stabilitas permintaan domestik batubara dalam jangka menengah juga memberikan keuntungan bagi emiten seperti PTBA dan ADRO, yang memiliki rekam jejak kerja sama yang kuat dengan PLN.

Dari perspektif investasi, beberapa emiten mencuri perhatian. PGEO, dengan proyek panas bumi yang masif dan valuasi saham yang menarik, menjadi kandidat menjanjikan. BREN, dengan strategi ekspansi agresif di sektor panas bumi, juga patut dipertimbangkan. Di sektor batubara, PTBA, dengan fokus pasar domestik dan koneksi ke proyek PLTU mulut tambang, menjadi pilihan yang menarik. ADRO, dengan diversifikasi bisnis termasuk energi hijau dan kawasan industri hijau, juga menonjol.

Rekomendasi investasi pun beragam. Liza Camelia Suryanata dari Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham ADRO dengan entry level Rp 2.280-2.200 dan target harga Rp 2.430-2.670. ITMG direkomendasikan speculative buy dengan entry level Rp 22.525-22.300 dan target harga Rp 23.000-23.300 serta Rp 23.800 dan tutup gap di Rp 24.500. PTBA juga direkomendasikan speculative buy dengan entry level Rp 2.850-2.830 dan target harga Rp 2.930 dan Rp 2.990-3.000. AADI juga direkomendasikan speculative buy dengan entry level Rp 7.325-7.150 dan target harga Rp 8.000-8.200. Ekky Topan dari Infovesta Utama menargetkan harga saham PGEO mencapai Rp 1.700 (jika breakout di Rp 1.500), BREN di Rp 8.650, PTBA di Rp 3.000 dan Rp 3.200, serta ADRO di Rp 2.500 dan Rp 2.800. Meskipun demikian, Liza mengingatkan untuk mempertimbangkan sentimen energi dan substitusi minyak mentah sebelum overweight di sektor batubara, mengingat harga komoditas batubara masih dalam tren sideways jangka menengah. Secara keseluruhan, saham-saham tersebut layak dipertimbangkan untuk investasi jangka menengah hingga panjang bagi investor yang tertarik pada tema transisi energi dan ketahanan energi domestik.

Berita Terkait

Prabowo di Forum Forbes: Bicara di Depan Ratusan CEO Dunia!
Fakta Terbaru Kasus Korupsi PT Sritex: 11 Orang Jadi Tersangka, Seret Bos BJB dan Bank Jateng
7 Zodiak Hoki Hari ini Rabu 23 Juli 2025 Capricorn Aquarius Cancer
Sri Mulyani Prediksi Defisit APBN 2025 Tembus 2,78 Persen dari PDB
Celios: Koperasi Merah Putih Berisiko Rugikan Negara dan Gagal Serap Tenaga Kerja
Visa AS Mahal! Ini Tips Ampuh Lolos & Hemat Biaya
BNI Dukung Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dalam Memperkuat Ekonomi Rakyat
Ini Penyebab dan Tanda Alternator Mobil Rusak, Perlu Diganti?

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 20:36 WIB

Prabowo di Forum Forbes: Bicara di Depan Ratusan CEO Dunia!

Rabu, 23 Juli 2025 - 12:13 WIB

Fakta Terbaru Kasus Korupsi PT Sritex: 11 Orang Jadi Tersangka, Seret Bos BJB dan Bank Jateng

Rabu, 23 Juli 2025 - 09:03 WIB

7 Zodiak Hoki Hari ini Rabu 23 Juli 2025 Capricorn Aquarius Cancer

Rabu, 23 Juli 2025 - 07:12 WIB

Sri Mulyani Prediksi Defisit APBN 2025 Tembus 2,78 Persen dari PDB

Rabu, 23 Juli 2025 - 03:42 WIB

Celios: Koperasi Merah Putih Berisiko Rugikan Negara dan Gagal Serap Tenaga Kerja

Berita Terbaru

Entertainment

7 Rekomendasi Franchise Film Jason Statham, Seru dan Penuh Aksi

Kamis, 24 Jul 2025 - 08:24 WIB

Personal Development

5 Zodiak yang Paling Manja, Ada Taurus dan Leo

Kamis, 24 Jul 2025 - 08:16 WIB