Saham Blue Chip Baru di BEI: Peluang Investasi Menarik di Tengah Tren Pasar?
Perubahan komposisi indeks saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI), LQ45, IDX30, dan IDX80, efektif 1 Agustus 2025 hingga 31 Oktober 2025, menyuguhkan wajah baru bagi pasar saham. Beberapa saham baru masuk kategori blue chip, menarik perhatian investor yang mencari peluang investasi jangka panjang. Namun, apakah saham-saham ini benar-benar menjanjikan?
Saham blue chip, yang selama ini identik dengan perusahaan berfundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar (mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah), menjadi acuan kinerja pasar. Keberadaan mereka di indeks seperti LQ45, IDX30, dan IDX80, merepresentasikan perusahaan-perusahaan top di Indonesia. Perubahan anggota indeks ini menunjukkan dinamika pasar dan peluang investasi baru.
Perubahan signifikan terlihat pada LQ45, dengan masuknya PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), afiliasi Garibaldi Thoihir, dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dari grup Emtek. Sementara itu, PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) keluar dari indeks bergengsi ini.
IDX30 juga mengalami perombakan. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) bergabung, menggantikan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Pergeseran ini mencerminkan pergeseran sektor yang dianggap prospektif oleh BEI.
Indeks IDX80 menyambut tiga pendatang baru: PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA). Ketiganya menggeser PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Analis memiliki pandangan beragam terkait saham-saham baru ini. Indy Naila dari Edvisor Profina Visindo, mengatakan saham-saham yang masuk indeks umumnya menarik minat investor, terutama jika valuasinya murah. Ia mencontohkan AADI yang sedang berekspansi ke energi hijau, dan ITMG yang prospeknya bergantung pada tren harga batu bara. Indy merekomendasikan akumulasi saham ITMG dengan target harga Rp 25.700 per saham. Pada perdagangan Selasa 29 Juli 2025 pukul 15.00 WIB, harga saham ITMG berada di level 23.225, turun 0,11% dari penutupan sebelumnya. Namun, dalam sebulan terakhir, harga saham ITMG telah naik 5,57%.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa saham-saham yang mengalami kenaikan harga konsisten dan memiliki tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) serta kinerja fundamental yang solid, cenderung masuk ke indeks utama. Ia menjelaskan bahwa meskipun perusahaan yang keluar indeks memiliki fundamental bagus, pergerakan harga sahamnya mungkin kurang likuid.
Meskipun demikian, kinerja indeks LQ45, IDX30, dan IDX80 masih tertekan hingga penutupan Jumat (25/7). LQ45 turun 3,89% year-to-date (ytd) ke level 794,511, IDX30 koreksi 3% ytd di posisi 410,761, dan IDX80 turun 1,74% ytd ke level 118,332. Kinerja ini jauh di bawah IHSG yang menguat 6,55% ytd dan ditutup di 7.543,50. Penguatan IHSG didorong oleh saham konglomerasi dan emiten mid-small cap. Perbedaan kinerja ini menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam menyusun strategi investasi.