KFC (FAST) Raih Suntikan Dana Rp 80 Miliar dan Pinjaman Rp 875 Miliar di Tengah Tantangan Kinerja
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), emiten pengelola restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia, tengah berupaya mengatasi tekanan kinerja keuangan dengan mengamankan suntikan dana signifikan. Pada kuartal II-2025, FAST menerima tambahan modal Rp 80 miliar melalui *private placement*, penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 533,33 juta saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham. PT Gelael Pratama dan PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET) menjadi investor dalam aksi korporasi ini, masing-masing menyuntikkan Rp 40 miliar. Dana tersebut dialokasikan untuk modal kerja, meliputi pembelian persediaan dan pembayaran kewajiban lancar (Rp 52 miliar) serta biaya operasional dan efisiensi karyawan (Rp 28 miliar).
Selain *private placement*, FAST juga memperoleh pinjaman jumbo senilai Rp 875 miliar dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Pinjaman ini terdiri dari tiga fasilitas: kredit investasi *refinancing* Rp 200 miliar (tenor 10 tahun), fasilitas kredit *term loan* Rp 525 miliar untuk *refinancing* aset eksisting (tenor 8 tahun), dan kredit modal kerja non rekening koran Rp 150 miliar (tenor 1 tahun). Direktur FAST, Wahyudi Martono, mengonfirmasi penandatanganan perjanjian pinjaman tersebut.
Langkah agresif ini diambil sebagai respons terhadap penurunan kinerja keuangan FAST. Pada tahun 2024, perusahaan mencatatkan kerugian tahun berjalan sebesar Rp 796,71 miliar, meningkat tajam 91,67% dibandingkan tahun sebelumnya (Rp 415,64 miliar). Pendapatan juga merosot 17,84% menjadi Rp 4,87 triliun dari Rp 5,93 triliun di tahun sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk dampak negatif dari krisis Timur Tengah yang memicu boikot terhadap merek-merek asal Amerika Serikat, termasuk KFC. Pelemahan daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi juga turut berkontribusi pada penurunan penjualan.
Analis dari Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai efisiensi biaya dan *refinancing* sebagai langkah strategis yang perlu segera dilakukan FAST. Ia menekankan bahwa pemulihan kinerja FAST sangat bergantung pada perbaikan daya beli masyarakat dan meredanya sentimen negatif akibat boikot.
Di sisi lain, *Investment Analyst* Infovesta Utama, Ekky Topan, melihat suntikan dana dari *private placement* dan pinjaman Bank Mandiri berdampak positif bagi likuiditas FAST dalam jangka pendek hingga menengah. Meskipun demikian, ia mengingatkan peningkatan risiko beban bunga di masa depan jika dana tidak dikelola secara efisien. Efektivitas penggunaan dana, terutama untuk efisiensi rantai pasok atau penguatan promosi dan distribusi, akan menjadi kunci keberhasilan pemulihan.
Ekky menambahkan, kenaikan harga saham FAST belakangan ini sebagian besar dipengaruhi sentimen positif pasar terhadap dukungan Grup Anthoni Salim. Namun, reli harga ini masih didorong sentimen, belum sepenuhnya mencerminkan perubahan fundamental. Secara teknikal, FAST berpotensi melanjutkan penguatan jangka pendek, dengan target terdekat Rp 400 dan target jangka menengah Rp 470-Rp 500, asalkan momentum sentimen dan akumulasi investor berlanjut. Investor tetap perlu mencermati realisasi penggunaan dana dan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan selanjutnya.