Allied Hill Limited Akuisisi Saham Toba Pulp Lestari (INRU): Peluang dan Risiko di Baliknya
PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU), perusahaan produsen bubur kertas, memasuki babak baru setelah Allied Hill Limited, perusahaan investasi asal Hong Kong, resmi mengakuisisi 92,42% sahamnya dari Pinnacle Company Pte.Ltd. Meskipun perdagangan saham INRU masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), akuisisi ini menarik perhatian para analis dan investor.
Sukarno Alatas, Senior Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, menilai akuisisi ini bukan sekadar investasi, melainkan juga langkah strategis untuk pengembangan bisnis ke depan. Ia melihat potensi peningkatan ekspor produk bubur kertas, efisiensi operasional berkat manajemen baru, serta investasi di teknologi yang lebih ramah lingkungan. “Ini bisa membuka peluang re-strategi yang signifikan bagi INRU,” ujarnya kepada Kontan pada 13 Juni lalu.
Dari sisi valuasi, saham INRU tergolong menarik. Rasio *price to sales* (P/S) INRU berada di angka 0,68 kali, jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 1,3 kali. Demikian pula rasio *price to book value* (PBV) yang tercatat 0,92 kali, lebih rendah daripada rata-rata *peer* sebesar 1,01 kali. Sukarno menambahkan, “Valuasi yang *undervalued* ini semakin menarik jika aksi korporasi ini berhasil memperbaiki kinerja keuangan perusahaan yang saat ini masih mengalami kerugian.”
Namun, Sukarno mengingatkan potensi koreksi harga setelah suspensi perdagangan dicabut dan penguatan harga awal. Ia juga menekankan pentingnya memperhatikan regulasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan kepemilikan saham mayoritas, Allied Hill Limited kemungkinan besar perlu melakukan *tender offer* terhadap saham minoritas untuk konsolidasi penuh. “Investor perlu memantau notifikasi resmi mengenai *tender offer* dan jadwal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk perbaikan struktur kepemilikan,” sarannya.
Untuk jangka pendek, Sukarno merekomendasikan strategi *trading buy* jika saham INRU dibuka kembali dengan pergerakan positif, dengan target harga di kisaran Rp1.000 – Rp1.200 dan *support* di Rp795. Namun, ia juga menyoroti risiko jangka panjang yang perlu dipertimbangkan, terutama rasio *debt to equity ratio* (DER) yang cukup tinggi, mencapai 3,35 kali. Hal ini perlu diperhatikan oleh investor sebelum mengambil keputusan investasi.