Indocement (INTP): Kinerja Kuartal I-2025 di Bawah Ekspektasi, Namun Prospek Tetap Menjanjikan
Kinerja emiten semen terkemuka, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), pada kuartal I-2025 berada di bawah ekspektasi pasar. Penurunan volume penjualan hingga April 2025 menjadi sorotan utama. Namun, para analis tetap optimistis mengenai prospek jangka panjang perusahaan.
Miftahul Khaer dari Kiwoom Sekuritas Indonesia mengakui penurunan volume penjualan INTP. Namun, ia menekankan bahwa penurunan tersebut lebih kecil dibandingkan rata-rata industri, menunjukkan daya tahan INTP di tengah kondisi pasar yang menantang. Minimnya permintaan, kelebihan pasokan, dan outlook yang kurang suportif, yang sebagian besar dipengaruhi oleh efisiensi anggaran pemerintah dan perlambatan proyek infrastruktur strategis seperti IKN, menyebabkan proyeksi kinerja INTP tahun 2025 cenderung stagnan. Proyek IKN yang berjalan lebih lambat dari perkiraan turut memengaruhi permintaan semen dari sektor pemerintah.
Meski demikian, sektor swasta, terutama properti dan industri, diprediksi dapat menjadi penggerak volume penjualan INTP. Percepatan proyek IKN di semester kedua 2025 berpotensi menjadi katalis positif bagi pertumbuhan perusahaan.
Senada dengan Miftahul, Budi Rustanto dari OCBC Sekuritas memperkirakan pemulihan kinerja INTP akan terjadi, meski terbatas. Pemulihan ini diproyeksikan didorong oleh proyek strategis nasional, insentif pemerintah, dan optimalisasi efisiensi operasional. OCBC Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan konsumsi semen domestik sebesar 1% pada tahun ini, didukung oleh program rumah rakyat 3 juta unit, diskon PPN untuk pembelian rumah, potensi penurunan suku bunga, dan kelanjutan pembangunan infrastruktur seperti LRT, MRT, dan jalan tol. Permintaan ekspor yang kuat dan harga jual yang lebih baik juga menjadi andalan INTP, terutama dengan pasokan klinker dari pabrik Tarjun yang mendukung ekspansi pasar luar negeri.
INTP juga berkomitmen pada strategi kepemimpinan biaya melalui peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif seperti RDF dan biomassa. Target penggunaan bahan bakar alternatif ditingkatkan dari 25,7% pada kuartal I 2025 menjadi 42% pada 2030, dengan fasilitas biomassa di pabrik Grobogan direncanakan beroperasi pada kuartal III 2025. Inovasi produk, seperti semen ramah lingkungan (green cement) dan pengembangan solar panel di fasilitas pabrik, juga menunjukkan komitmen INTP terhadap transisi energi berkelanjutan.
OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi *buy* untuk saham INTP dengan target harga Rp 6.100 per saham, menganggap prospek INTP didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter, stimulus fiskal, strategi efisiensi berkelanjutan, dan neraca keuangan yang kuat. Sebaliknya, Miftahul Khaer menyarankan strategi *wait and see* mengingat risiko volatilitas kurs dan harga energi yang tinggi. Sementara itu, Aqil Triyadi dari Panin Sekuritas mempertahankan rekomendasi *hold* dengan target harga Rp 5.500, menyatakan rencana *buyback* perseroan berpotensi mendorong penguatan harga saham.