Saham KOMPAS100: Rekomendasi Terbaru Pasca Rebalancing, Untung atau Buntung?

Avatar photo

- Penulis Berita

Selasa, 29 Juli 2025 - 08:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perombakan Besar Indeks KOMPAS100: Dinamika Baru di Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali merombak konstituen Indeks KOMPAS100, sebuah langkah krusial yang akan membentuk dinamika pasar modal untuk periode 1 Agustus 2025 hingga 30 Januari 2026. Penyesuaian ini membawa angin perubahan signifikan, dengan beberapa nama besar terdepak dan deretan emiten baru yang siap meramaikan jajaran saham pilihan.

Dalam proses peninjauan ulang (rebalancing) kali ini, sebanyak sebelas saham harus rela terlempar dari Indeks KOMPAS100. Saham-saham tersebut meliputi PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ), dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Sebagai gantinya, Indeks KOMPAS100 menyambut sebelas anggota baru yang berpotensi membawa gairah segar. Mereka adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Bank Panin Tbk (PNBN), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA), PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), dan PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI).

Perombakan ini terjadi di tengah performa Indeks KOMPAS100 yang relatif lesu. Sejak awal tahun (year to date/YTD), Indeks KOMPAS100 hanya mampu menguat tipis 0,20%. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil melaju kencang dengan penguatan 7,55% YTD. Kesenjangan performa ini menjadi sorotan utama para analis pasar.

Rully Arya Wisnubroto, Kepala Riset dan Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas, menyoroti bahwa pendorong utama kenaikan IHSG adalah saham-saham yang sebelumnya bukan konstituen Indeks KOMPAS100, seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan DSSA. Sementara itu, beberapa saham berkapitalisasi besar yang menjadi konstituen utama KOMPAS100 justru mengalami penurunan kinerja. “Beberapa saham yang lagging turut memberi kontribusi penurunan terhadap KOMPAS100, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI),” ujarnya kepada Kontan pada Senin (28/7/2025).

Senada, Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, juga melihat bahwa saham-saham konstituen Indeks KOMPAS100 cenderung terkoreksi sejak awal tahun 2025. Ia menyebut beberapa di antaranya, “Mulai dari BBRI, BBCA, BMRI, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).”

Di sisi lain, Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menambahkan bahwa konstituen yang membebani kinerja KOMPAS100 sebagian besar berasal dari sektor teknologi dan media. Saham-saham seperti BMTR, INET, hingga WIFI memang dinilai kurang likuid dan minim kontribusi positif terhadap indeks. “Jadi, keluarnya mereka dalam rebalancing ini justru bisa memberi ruang perbaikan untuk indeks secara keseluruhan,” jelas Felix.

Menurut Rully, Indeks KOMPAS100 justru lebih mencerminkan kondisi riil perekonomian saat ini, sedangkan kenaikan IHSG lebih banyak didorong oleh growth stock yang cenderung spekulatif. Ke depan, Rully mengakui sulit memperkirakan kinerja Indeks KOMPAS100, mengingat saham-saham penggerak IHSG seperti DCII dan DSSA telah mengalami kenaikan yang sangat tajam.

Meski demikian, Felix Darmawan melihat secercah harapan dengan masuknya saham-saham baru seperti BUKA, BUMI, CLEO, DSSA, dan SMDR. Prospek Indeks KOMPAS100 dinilai bisa mulai membaik, terutama karena beberapa dari saham tersebut sedang menikmati momentum pertumbuhan kinerja yang solid. Namun, ia mengingatkan bahwa indeks ini tetap rentan terhadap aksi profit taking, mengingat banyaknya saham dari sektor konsumer siklikal dan komoditas di dalamnya.

Untuk paruh kedua tahun 2025, sektor energi (melalui BUMI, DSSA, dan TOBA), logistik (SMDR dan TCPI), serta konsumen (CLEO, AADI, dan MIDI) diperkirakan akan menjadi motor utama penggerak Indeks KOMPAS100. Sementara itu, sektor properti (ASRI) dan perbankan menengah (PNBN) masih harus membuktikan ketahanannya terhadap tekanan suku bunga tinggi yang mungkin berlanjut.

Secara individual, beberapa saham baru menunjukkan performa menarik. CLEO, misalnya, konsisten mencetak pertumbuhan penjualan dua digit dan aktif berekspansi pabrik baru. SMDR diuntungkan dari lonjakan volume ekspor dan kenaikan tarif logistik. DSSA juga menarik perhatian sebagai emiten energi terintegrasi yang tidak hanya berbasis batu bara tetapi juga merambah pembangkit listrik dan energi terbarukan. Namun, pergerakan saham BUKA dan BUMI masih fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar jangka pendek dan kinerja yang belum sepenuhnya stabil.

Maximilianus Nico Demus menambahkan, saham-saham konstituen baru Indeks KOMPAS100 seperti AADI, ASRI, BUKA, BUMI, CLEO, DSSA, PNBN, SMDR, STAA, TAPG, dan TCPI, berpotensi mengalami kenaikan. Namun, potensi ini sangat bergantung pada besar kecilnya kapitalisasi pasar yang mereka miliki. Nico mencontohkan bahwa saham perbankan, meskipun memiliki kapitalisasi pasar yang besar, cenderung sulit untuk mengalami kenaikan harga signifikan. “Saat ini kalau diperhatikan berdasarkan market cap, sektor perbankan masih menjadi pemberat,” tuturnya.

Menatap semester II 2025, setidaknya ada empat sentimen positif yang dapat mendorong kinerja Indeks KOMPAS100. Pertama, harapan tercapainya kesepakatan penting antara Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia. Kedua, potensi penurunan tingkat suku bunga oleh The Fed. Ketiga, pemangkasan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia (BI). Terakhir, beberapa program pemerintah seperti Koperasi Merah Putih dan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan dapat berjalan maksimal pada Agustus 2025.

Kendati demikian, sejumlah sentimen negatif juga perlu diwaspadai. Tensi geopolitik yang meningkat antara Thailand dan Kamboja, kemungkinan perubahan kesepakatan tarif, serta kebijakan Presiden Trump yang kerap berubah-ubah, dapat menjadi faktor penghambat kinerja indeks.

Bagi investor yang ingin mencermati peluang, Nico Demus merekomendasikan untuk memperhatikan sejumlah saham konstituen Indeks KOMPAS100 seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, PANI, ASII, BBNI, BRIS, ICBP, AMRT, CPIN, INDF, PGEO, BRMS, MBMA, MYOR, ADMR, EXCL, JPFA, RAJA, AUTO, dan ERAA.

Praktisi pasar modal sekaligus Founder WH-Project, William Hartanto, memberikan rekomendasi beli untuk CLEO dengan target harga Rp 615 – Rp 700 per saham. Ia juga menyematkan rekomendasi buy on weakness untuk TAPG, dengan target harga Rp 1.390 – Rp 1.450 per saham.

Namun, analis Teknikal Phillip Sekuritas Indonesia, Joshua Marcius, menyarankan wait and see untuk saham CLEO. Ia menjelaskan bahwa pergerakan CLEO masih tertahan pada neckline pola double top di area resistance Rp 680 per saham dan di bawah garis EMA20, sehingga berpotensi melanjutkan penurunan ke level support Rp 550 per saham.

Berita Terkait

LQ45 Berdarah! BBNI, ADMR, ICBP Jadi Top Losers Saat IHSG Naik
Saham Blue Chip Baru Agustus 2025: Rekomendasi Investasi Terbaik
Laba Emiten Milik TP Rachmat (ASSA) Melonjak 59,81% di Semester I-2025
Kabar Duka: Ekonom Senior Kwik Kian Gie Meninggal Dunia
IHSG Tembus Puncak Baru! Prospek & Prediksi Terkini
SBR014 Laris Manis! Investasi Mulai 1 Juta, Untung 6,35%
IHSG Rekor Tertinggi: Saham Konglomerat Tak Likuid Jadi Pendorong?
Asing Buang BMRI & BRPT? Cek Daftar Saham Dijual Awal Pekan!

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 17:33 WIB

LQ45 Berdarah! BBNI, ADMR, ICBP Jadi Top Losers Saat IHSG Naik

Selasa, 29 Juli 2025 - 15:33 WIB

Saham Blue Chip Baru Agustus 2025: Rekomendasi Investasi Terbaik

Selasa, 29 Juli 2025 - 15:06 WIB

Laba Emiten Milik TP Rachmat (ASSA) Melonjak 59,81% di Semester I-2025

Selasa, 29 Juli 2025 - 10:12 WIB

Kabar Duka: Ekonom Senior Kwik Kian Gie Meninggal Dunia

Selasa, 29 Juli 2025 - 08:55 WIB

Saham KOMPAS100: Rekomendasi Terbaru Pasca Rebalancing, Untung atau Buntung?

Berita Terbaru

Uncategorized

KO Brutal UFC Abu Dhabi: Islam Makhachev Merinding!

Selasa, 29 Jul 2025 - 17:42 WIB

Crime

Lakban Kuning Misterius: Bukti Kunci Kasus Diplomat Kemlu?

Selasa, 29 Jul 2025 - 17:26 WIB

Entertainment

Video Lama Viral, Erika Carlina Dihujat, DJ Panda Banjir Simpati

Selasa, 29 Jul 2025 - 16:22 WIB