Saham Semen Terbaik 2024: Analisis & Rekomendasi Investasi

Avatar photo

- Penulis Berita

Sabtu, 5 Juli 2025 - 19:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kelebihan Pasokan Semen Menjadi Momok, Kinerja Emiten Semen Loyo di Tengah Tekanan Pasar

Industri semen di Indonesia masih bergulat dengan tantangan kelebihan pasokan yang kronis, sebuah isu yang terus membayangi kinerja para emiten semen. Kondisi ini diproyeksikan akan terus menekan prospek industri hingga semester II tahun 2025, mengingat masalah *oversupply* semen belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Tekanan pasar yang signifikan telah tercermin jelas pada laporan keuangan kuartal I-2025. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), sebagai salah satu pemain kunci, membukukan penurunan pendapatan sebesar 8,71% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 7,65 triliun, dibandingkan Rp 8,38 triliun pada kuartal I-2024. Penurunan yang lebih drastis terlihat pada laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yang anjlok 90,98% YoY menjadi hanya Rp 42,58 miliar.

Anak usaha SMGR, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), turut merasakan dampak serupa. Pendapatan SMCB terkoreksi 10,96% dari Rp 2,77 triliun di kuartal pertama 2024. Hingga akhir Maret 2025, laba periode berjalan SMCB merosot 34,78%, dari Rp 73,93 miliar menjadi Rp 48,22 miliar.

Situasi yang lebih berat dialami PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT), yang kerugiannya justru membengkak menjadi Rp 289,76 miliar selama tiga bulan pertama 2025, naik dari rugi Rp 222,75 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan CMNT juga terpangkas menjadi Rp 1,92 triliun di kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 2,06 triliun pada kuartal I 2024. Tak ketinggalan, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga mencatatkan penurunan pendapatan dari Rp 4,08 triliun pada kuartal I 2024 menjadi Rp 3,97 triliun di kuartal I 2025, dengan laba bersih yang juga terkoreksi menjadi Rp 210,67 miliar dari Rp 238,02 miliar.

Menanggapi kondisi pasar, Corporate Secretary INTP, Dani Handajani, menjelaskan bahwa Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat penurunan penjualan semen curah di luar Pulau Jawa sebesar 17,4% per Mei 2025. Hal ini utamanya disebabkan normalisasi permintaan setelah lonjakan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Di sisi lain, permintaan semen curah di Pulau Jawa justru menunjukkan pertumbuhan tipis sebesar 1,6% pada periode yang sama. Secara keseluruhan, permintaan semen curah masih menghadapi tekanan dengan penurunan 4,1%, dipengaruhi oleh tantangan daya beli masyarakat serta efek libur nasional dan cuti tambahan di bulan Mei.

“Di tengah tekanan terhadap penjualan semen di Indonesia, Indocement tetap berhasil mempertahankan pangsa pasarnya di angka 29,6% dalam lima bulan pertama tahun 2025,” ungkap Dani kepada Kontan pada Jumat (4/7). Ke depan, INTP akan terus memperketat manajemen biaya di seluruh lini operasi dan mengoptimalkan efisiensi ongkos distribusi guna menjaga margin usaha. Selain itu, Indocement juga berkomitmen untuk meningkatkan konsumsi bahan bakar dan bahan baku alternatif, salah satunya melalui pembangunan fasilitas *feeding* bahan bakar alternatif di Kompleks Pabrik Grobogan.

Sejalan dengan lesunya kinerja operasional, pergerakan harga saham emiten semen juga masih menunjukkan tren pelemahan. Mengutip RTI, saham INTP telah terkoreksi 28,38% sejak awal tahun (YTD). Demikian pula saham SMGR dan CMNT yang masing-masing terkoreksi 19,15% dan 8,52% secara YTD.

Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Semen

Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, memperkirakan kinerja emiten semen di kuartal II 2025 kemungkinan akan menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan kuartal I, seiring dengan dimulainya musim konstruksi pasca-Lebaran. Meskipun volume penjualan semen cenderung naik secara musiman pada periode ini, tekanan dari sisi biaya produksi, terutama akibat harga energi yang masih tinggi, serta pelemahan daya beli masyarakat di beberapa wilayah, dapat tetap menjadi penghambat pertumbuhan. “Selain itu, efisiensi anggaran pemerintah juga berpotensi menunda proyek infrastruktur baru, yang umumnya jadi penopang utama permintaan semen,” jelas Miftahul.

Memasuki akhir semester II, tantangan struktural berupa *oversupply* di industri semen masih membayangi. Kapasitas produksi nasional yang jauh melampaui permintaan menciptakan persaingan harga yang semakin ketat, sehingga berpotensi menekan margin produsen. Sentimen positif bisa datang dari potensi penurunan suku bunga, namun ketidakpastian global seperti perang tarif antara Amerika Serikat dan China serta ketegangan geopolitik tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Di antara pemain besar, Miftahul menilai INTP dan SMGR masih relatif lebih tangguh berkat skala ekonomi dan jaringan distribusi yang luas.

Dari sisi valuasi, saham-saham semen saat ini secara historis memang sudah cukup murah, tercermin dari *price to book values* (PBV) dan EV/EBITDA yang berada di bawah rata-rata. Namun, Miftahul menegaskan, “Tapi murah saja tidak cukup, perlu ada katalis kuat agar pasar kembali melirik sektor ini.” Alhasil, Kiwoom Sekuritas Indonesia masih mempertahankan rating “wait and see” untuk emiten semen secara umum.

Meskipun demikian, beberapa analis memberikan rekomendasi spesifik. Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, melihat saham SMGR berada di level *support* Rp 2.550 dan *resistance* Rp 2.950 per saham. “Limited *downside* dan berpeluang untuk pulih dari *support* MA20, sekaligus *support bullish channel* untuk kembali membuat level tinggi terbaru,” ujarnya. Dengan indikator RSI di 48 dan MACD Histogram di -17, Wafi merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 2.950 per saham.

Senada, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, melihat pergerakan INTP memiliki *support* di level Rp 5.225 dan *resistance* di Rp 5.450 per saham. Herditya merekomendasikan *speculative buy* untuk saham INTP dengan target harga antara Rp 5.525 hingga Rp 5.625 per saham.

Berita Terkait

Liana Saputri, Putri Haji Isam, Kuasai 15% Saham KFC: Mantan Pembalap!
Investasi Saham Agresif vs Defensif: Strategi Mana yang Tepat?
Harga Emas Antam Hari Ini
3 Peraturan Dirombak! Izin Usaha Makin Mudah? Simak Kata Kementerian Investasi
Main Padel Kena Pajak? DJP Beri Penjelasan
Tren Modifikasi Downsize Skutik: Keren tapi Berisiko
Libatkan Guru dalam Tingkatkan Investor Saham di Papua
Harga Emas Antam Hari Ini 5 Juli 2025, Naik Jadi Rp1.908.000 per Gram

Berita Terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 00:48 WIB

Liana Saputri, Putri Haji Isam, Kuasai 15% Saham KFC: Mantan Pembalap!

Sabtu, 5 Juli 2025 - 20:50 WIB

Investasi Saham Agresif vs Defensif: Strategi Mana yang Tepat?

Sabtu, 5 Juli 2025 - 19:40 WIB

Saham Semen Terbaik 2024: Analisis & Rekomendasi Investasi

Sabtu, 5 Juli 2025 - 19:12 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 5 Juli 2025 - 18:16 WIB

3 Peraturan Dirombak! Izin Usaha Makin Mudah? Simak Kata Kementerian Investasi

Berita Terbaru

Entertainment

Let Her Stay: Lirik & Terjemahan OST Our Movie Part 2

Minggu, 6 Jul 2025 - 01:09 WIB