Ketegangan Geopolitik Israel-Iran Dorong Harga Emas Melonjak: Antam Berpotensi Tembus Rp2,3 Juta per Gram?
Konflik geopolitik yang memanas antara Israel dan Iran telah menciptakan gelombang guncangan di pasar global, memicu lonjakan harga emas dan mendorong prediksi kenaikan harga emas Antam di Indonesia. Para pengamat memproyeksikan harga emas batangan Antam berpotensi mencapai Rp2,3 juta per gram pada kuartal III 2025 jika konflik berlanjut dan ketidakpastian di pasar keuangan global semakin meningkat.
Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, memperkirakan harga emas Antam akan terlebih dahulu menembus angka Rp2.150.000 per gram sebelum mencapai proyeksi Rp2.300.000. “Kalau kita lihat untuk logam mulia di Indonesia sendiri, kemungkinan besar Rp 2.150.000 akan tercapai. Karena targetnya itu Rp 2.300.000, sebelum mencapai Rp 2.300.000, Rp 2.150.000 kemungkinan akan tercapai,” jelasnya. Ia menambahkan, “Iya Antam itu, bakal terus naik, dari Rp 2,15 juta, Rp 2,3 juta dan nanti akan terus naik.”
Data dari Logam Mulia per Minggu (14/6) menunjukkan harga emas Antam memang tengah mengalami kenaikan. Harga jual naik Rp9.000 menjadi Rp1.960.000 per gram, sementara harga jual kembali turun Rp9.000 menjadi Rp1.804.000 per gram. Kenaikan ini sejalan dengan tren global.
Lonjakan harga emas ini didorong oleh meningkatnya permintaan sebagai aset safe haven. Ibrahim menjelaskan bahwa konflik yang belum mereda di Timur Tengah mendorong investor untuk mencari perlindungan aset di emas. Pendapat serupa disampaikan oleh perencana keuangan, Andy Nugroho. Menurutnya, sentimen pasar dalam jangka pendek hingga menengah akan tetap mendukung penguatan harga emas. “Dengan makin memanas dan melebarnya konflik di Timur Tengah akan membuat investor akan semakin mengamankan asetnya di instrumen yang aman seperti emas,” ujar Andy.
Andy menambahkan, emas saat ini menjadi pilihan investasi yang lebih menarik dibandingkan aset lain seperti dolar AS, terutama dengan situasi ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat. Sebagai alternatif, ia menyarankan obligasi pemerintah seperti ORI dan sukuk ritel sebagai pilihan investasi yang lebih aman dan memberikan return yang lebih baik daripada deposito, meskipun dengan tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan saham atau reksadana. “Saat ini memang momen yang tepat untuk investasi di emas, namun juga harus diperhatikan bahwa investasinya diproyeksikan untuk jangka menengah-panjang, minimal 3 tahun untuk bisa mendapatkan keuntungan yang optimal,” imbuhnya.
Tren kenaikan harga emas global juga terlihat jelas. Pada Jumat (13/6), harga emas melonjak ke level tertinggi dalam hampir dua bulan. Serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran yang meningkatkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi pemicu utama. Mengutip Reuters, harga emas spot naik 1,3 persen menjadi USD 3.427,36 per ons (pukul 10.32 WIB), bahkan sempat menyentuh level tertinggi sejak 22 April. Sepanjang pekan, emas telah menguat lebih dari 3,5 persen, sementara emas berjangka AS naik 1,4 persen menjadi USD 3.448,70. Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade, menjelaskan bahwa lonjakan konflik di Timur Tengah telah mengalihkan fokus investor dari isu negosiasi dagang ke aset lindung nilai seperti emas.
*
Disclaimer:** Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pribadi pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.