## Eskalasi Konflik Israel-Iran: Serangan Udara Memicu Krisis Energi Global
Ketegangan antara Israel dan Iran mencapai titik puncak baru setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah fasilitas energi strategis di Iran pada Sabtu, 14 Juni 2025. Serangan ini, yang diklaim Israel sebagai balasan atas serangan rudal dan drone Iran yang menewaskan 10 warga sipil Israel dan melukai lebih dari 180 lainnya, menargetkan infrastruktur vital Iran dan berpotensi memicu krisis energi global.
Kementerian Perminyakan Iran melaporkan serangan terhadap depot bahan bakar utama di Shahran, barat laut Teheran, dan sebuah kilang minyak di Shahr-e Rey, selatan ibu kota. Meskipun media mahasiswa Iran membantah serangan terhadap kilang di Shahr-e Rey, kebakaran besar di lokasi tersebut dan konfirmasi Kementerian Perminyakan terkait serangan di Shahran menguatkan laporan serangan Israel. Lebih jauh lagi, serangan juga menyasar ladang gas South Pars, ladang gas terbesar di dunia yang dikelola bersama Iran dan Qatar, menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas pemrosesan gas di Fase 14 dan penghentian operasi salah satu platform produksinya. Kilang gas Fajr Jam di Bushehr, yang juga memproses gas dari South Pars, juga dilaporkan menjadi sasaran serangan.
Signifikansi target serangan ini tak dapat dipandang sebelah mata. Depot Shahran, dengan kapasitas penyimpanan hingga 260 juta liter bahan bakar, merupakan pusat distribusi utama untuk Teheran. Gangguan operasionalnya berdampak langsung pada pasokan bahan bakar di wilayah terpadat dan terpenting secara ekonomi di Iran. Kilang Minyak Teheran di Shahr-e Rey, dengan kapasitas pengolahan 225.000 barel minyak per hari, merupakan salah satu kilang tertua dan terpenting di negara itu. Serangan terhadap South Pars, yang menyumbang sekitar dua pertiga konsumsi gas domestik Iran, serta Fajr Jam, berpotensi memicu gangguan besar terhadap pasokan listrik dan bahan bakar di wilayah selatan dan tengah Iran, dengan perkiraan kerugian mencapai 250 juta dolar AS per hari akibat pemadaman listrik.
Serangan ini terjadi setelah pernyataan provokatif Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Jumat, 13 Juni 2025, yang memperingatkan akan “membakar Teheran” jika Iran membalas serangan sebelumnya. Ironisnya, meski serangan pertama Israel pada Jumat belum menyasar infrastruktur energi, harga minyak global langsung melonjak 9 persen. Para analis memperkirakan lonjakan harga yang lebih signifikan setelah pasar kembali dibuka.
Korban jiwa akibat serangan ini pun cukup signifikan. Media pemerintah Iran melaporkan setidaknya 240 orang tewas, termasuk 20 anak-anak, dan lebih dari 800 lainnya terluka dalam dua hari terakhir. Sementara itu, pihak berwenang Israel menyatakan 10 warga sipil tewas dan lebih dari 180 terluka akibat serangan balasan Iran.
Ancaman penutupan Selat Hormuz, jalur laut vital yang dilalui sekitar 20 persen konsumsi minyak dunia, menambah keparahan situasi. Iran mengisyaratkan akan mempertimbangkan opsi ini, yang jika direalisasikan, akan memicu lonjakan harga minyak global yang tak terbayangkan. Situasi ini semakin memperumit konflik Israel-Iran dan menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi dan keamanan global. Konflik ini tidak hanya melibatkan dua negara, tetapi juga berpotensi memicu krisis energi skala global dengan dampak yang sangat luas.