Konflik Iran-Israel memasuki hari keenam, menandai babak baru yang menegangkan dalam pertikaian kedua negara. Iran, melalui Juru Bicara Operasi True Promise 3 Kolonel Iman Tajik, secara berani mengklaim telah menguasai langit Israel. Klaim ini disampaikan menyusul serangan rudal besar-besaran pada Selasa malam, yang menurut Tajik, membuktikan dominasi udara Iran. “Penduduk Israel telah menjadi tidak berdaya menghadapi serangan rudal kami,” tegasnya seperti dilansir AP.
Garda Revolusi Iran memperkuat klaim ini dengan mengumumkan peluncuran rudal hipersonik canggih Fattah pada Rabu dini hari. Penggunaan rudal Haj Qassem sebelumnya juga telah dilaporkan dalam serangan langsung ke wilayah Israel. Kekuatan rudal Iran, yang diakui sebagai yang terbesar dan terdiversifikasi di Timur Tengah, menjadi faktor kunci dalam eskalasi konflik ini. Jenderal Kenneth McKenzie dari Komando Pusat AS pada 2022 memperkirakan Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik, belum termasuk rudal jelajah serang darat (LACM) yang terus berkembang. Kemajuan signifikan dalam hal presisi dan akurasi rudal Iran selama dekade terakhir juga patut diperhatikan. Arsenalnya meliputi berbagai jenis rudal, mulai dari rudal balistik jarak pendek (SRBM), rudal balistik jarak menengah (MRBM), LACM, hingga roket peluncur satelit.
Namun, klaim Iran dibantah oleh Pasukan Pertahanan Israel. Mereka menyatakan bahwa sistem pertahanan Iron Dome berhasil mencegat 80 hingga 90 persen rudal yang diluncurkan. Menurut laporan Jerusalem Post, hanya sekitar 5-10 persen rudal balistik yang mengenai daerah pemukiman. Serangan rudal Iran, yang dimulai dengan salvo 40 rudal pada Senin dini hari yang menghantam Tel Aviv, Petah Tikva, dan Bnei Brak, diperkirakan telah mencapai total sekitar 350 rudal sejak serangan Israel dimulai Jumat dini hari. Perbedaan signifikan antara klaim Iran dan laporan Israel ini semakin mempertegas kompleksitas dan intensitas konflik yang sedang berlangsung. Konflik ini telah memaksa warga Israel untuk berlindung di bunker dan tangga darurat.