Situs SPMB Jakarta Dikepung Keluhan ‘Eror’ dan ‘Lemot’, Orang Tua Murid Resah di Hari Pertama Pendaftaran
JAKARTA, Ragamharian.com – Hari pertama Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di Jakarta pada Senin, 16 Juni 2025, diwarnai keluhan massal dari para orang tua calon peserta didik. Pasalnya, situs resmi SPMB DKI Jakarta yang seharusnya menjadi gerbang pendaftaran, sulit diakses dan kerap menampilkan pesan kesalahan.
Salah satu orang tua murid, Aditya, mengungkapkan rasa frustrasinya. Ia telah berulang kali mencoba masuk atau log-in ke situs SPMB DKI Jakarta menggunakan akun yang telah dibuat, namun yang muncul selalu pesan ‘Terjadi Kesalahan’. Kekhawatiran kian memuncak bagi Aditya yang berencana mendaftarkan anaknya ke salah satu SMP negeri di Jakarta. Ia cemas bahwa gangguan situs SPMB ini dapat menyebabkan anaknya kehilangan kesempatan dan gagal memperoleh sekolah idaman. Menurut Aditya, sistem pendaftaran SPMB yang dinilai ‘prematur’ dengan persyaratan bertahap justru mempersulit orang tua, alih-alih memudahkan.
Gelombang keluhan serupa juga membanjiri akun Instagram resmi Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Para orang tua kompak meluapkan kekesalan mereka atas situs SPMB yang eror dan lambat. Banyak di antara mereka melaporkan akunnya sering terlempar keluar atau gagal masuk, dengan dugaan kuat penyebabnya adalah lonjakan jumlah pendaftar yang mengakses situs secara bersamaan.
Menyikapi permasalahan ini, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, mengonfirmasi bahwa lembaganya juga menerima aduan serupa dari masyarakat. Selain kendala teknis, Ubaid menyoroti minimnya sosialisasi yang mengakibatkan banyak orang tua belum memahami sistem pendaftaran. Ironisnya, meskipun pendaftaran SPMB kini dilakukan secara daring, Ubaid menyaksikan banyak orang tua masih harus mengantre di sekolah sejak dini hari. JPPI memprediksi, kekacauan SPMB tahun ini tidak akan jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, Ubaid menduga praktik ‘jual-beli kursi’ atau pungutan liar (pungli) mungkin akan tetap marak terjadi.
Prediksi JPPI ini didasarkan pada minimnya daya tampung di sekolah-sekolah negeri yang belum menemukan solusi konkret dari pemerintah daerah. Keterbatasan ini, menurut Ubaid, semakin diperparah dengan tingginya biaya pendidikan di sekolah swasta. Akibatnya, orang tua terpaksa berjuang mati-matian untuk memastikan anak mereka bisa diterima di sekolah negeri, yang pada akhirnya membuka celah bagi praktik pungli dan jual-beli kursi.
Hingga berita ini ditulis, upaya konfirmasi kepada Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Jakarta, Sarjoko, belum membuahkan hasil. Pihak berwenang belum memberikan respons terkait keluhan yang membanjiri proses SPMB tahun ini.