Dampak Kebijakan Tarif Resiprokal AS: Menperin Optimistis Daya Saing Manufaktur Indonesia Melambung
Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan keyakinan kuatnya bahwa kesepakatan penurunan tarif resiprokal dari Amerika Serikat, yang kini menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen, akan menjadi katalis utama bagi peningkatan daya saing produk manufaktur domestik di pasar ekspor global.
“Keputusan Amerika Serikat untuk menurunkan atau menyesuaikan tarif terhadap sejumlah komoditas ekspor manufaktur Indonesia secara signifikan akan meningkatkan daya saing produk kita di pasar mereka,” ujar Agus Gumiwang di Jakarta pada Rabu, 16 Juli 2025. Ia menambahkan bahwa langkah ini diprediksi membawa dampak langsung yang positif bagi industri, terutama dalam hal peningkatan utilisasi, penciptaan lapangan kerja yang lebih luas, dan penguatan struktur industri nasional secara keseluruhan.
Lebih lanjut, Menperin menegaskan bahwa kesepakatan krusial ini akan membangkitkan gairah sektor manufaktur Indonesia karena gerbang ekspor ke Amerika Serikat kini terbuka lebih lebar. Para pelaku industri domestik pun turut memberikan apresiasi atas kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang dinilai berhasil mencapai kesepakatan positif ini dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai pemberlakuan tarif resiprokal yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Agus Gumiwang menjelaskan, dalam skema rantai produksi saat ini, rasio output sektor manufaktur Indonesia untuk tujuan pasar ekspor dan domestik adalah 20:80. Artinya, sekitar 20 persen dari total produksi manufaktur Indonesia didedikasikan untuk pasar ekspor, di mana sebagian besar dari angka ini telah mengisi permintaan di pasar Amerika Serikat. Sementara itu, 80 persen sisanya memenuhi kebutuhan di pasar domestik.
Sepanjang tahun 2024, nilai ekspor produk Indonesia ke Amerika Serikat tercatat mencapai US$ 26,31 miliar. Angka ini merepresentasikan sekitar 9,94 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia yang mencapai US$ 264,70 miliar. Menperin juga menyoroti tingkat utilisasi industri Indonesia pada tahun 2024 yang berada di angka 65,3 persen, mengindikasikan adanya ruang besar untuk meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan ini diharapkan dapat merespons permintaan positif dari pasar ekspor Amerika pasca-kesepakatan tarif tersebut.
Selain itu, Indonesia juga mencatat surplus neraca perdagangan yang signifikan dengan Amerika Serikat, mencapai US$ 14,34 miliar. Jumlah ini menyumbang 46,2 persen dari total surplus perdagangan Indonesia pada tahun yang sama. Dengan data-data pendukung ini, Menperin optimistis bahwa pengumuman kesepakatan tarif impor Amerika ini akan semakin menggairahkan industri untuk meningkatkan utilisasi produksi, khususnya pada industri padat karya yang berorientasi ekspor.
“Tentunya, hal ini akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lebih luas lagi pada industri padat karya seperti industri tekstil, produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan sektor-sektor sejenis lainnya,” ujar Agus Gumiwang, menekankan potensi dampak positif pada sektor ketenagakerjaan.
Di sisi lain, Menperin juga menyampaikan apresiasi pelaku industri di Indonesia, terutama sektor padat karya, atas keberhasilan kesepakatan politik perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian dagang ini dinilai sangat dinanti dan disambut baik oleh pelaku industri karena akan menghilangkan hambatan ekspor yang selama ini dihadapi oleh produk manufaktur Indonesia. IEU-CEPA diyakini akan membuka akses pasar ekspor Indonesia ke kawasan Eropa secara lebih luas dan kompetitif.
“Pelaku industri juga berterima kasih dan mengapresiasi kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo yang telah mencapai kesepakatan untuk penyelesaian perjanjian dagang IEU-CEPA. Perjanjian ini sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh industri manufaktur saat ini agar dapat menjual produknya di pasar Eropa serta meningkatkan daya saing produk manufaktur lebih tinggi lagi dibanding produk serupa dari negara lain,” kata Agus Gumiwang.
Keberhasilan Presiden Prabowo dalam mencapai kesepakatan dagang strategis dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa merupakan tonggak sejarah penting bagi industri manufaktur Indonesia. Menperin Agus Gumiwang menegaskan keyakinannya, “Kami yakin dengan dua kesepakatan perdagangan ini, ekosistem manufaktur Indonesia akan lebih kuat, maju, mandiri, dan berdaya saing tinggi ke depannya. Industri manufaktur nasional juga akan berkontribusi lebih tinggi lagi bagi program industrialisasi Presiden Prabowo untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029.”