Kemenangan Paris Saint-Germain (PSG) di final Liga Champions yang seharusnya dirayakan dengan suka cita justru tercoreng oleh aksi kekerasan brutal. Presiden Perancis Emmanuel Macron mengecam keras kerusuhan yang terjadi, menyebutnya sebagai insiden yang “tidak bisa dibenarkan”, setelah kekacauan tersebut menewaskan dua orang dan menyebabkan hampir 600 orang ditangkap di seluruh Perancis.
Di Istana Elysee, Minggu (2/6/2025), saat menyambut skuad PSG, Presiden Perancis Emmanuel Macron dengan tegas menyatakan, “Tidak ada yang bisa membenarkan apa yang terjadi dalam beberapa jam terakhir. Bentrokan yang terjadi sungguh tidak bisa diterima.” Pernyataan ini menegaskan posisi pemerintah yang tidak akan menolerir aksi anarkis tersebut.
Menanggapi gelombang kericuhan ini, Macron juga menegaskan komitmen negara untuk bertindak tegas terhadap para pelaku. “Kami akan mengejar, kami akan menghukum, dan kami tidak akan kenal ampun,” ujarnya, menandakan keseriusan pihak berwenang dalam menindak setiap individu yang bertanggung jawab.
Kerusuhan mematikan ini pecah tak lama setelah PSG meraih kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan dalam final Liga Champions yang berlangsung di Munich. Insiden ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga melukai sekitar 30 polisi dan sejumlah petugas pemadam kebakaran. Macron secara spesifik menyampaikan keprihatinan mendalamnya.
“Bentrokan ini telah menimbulkan harga yang mahal: dua orang meninggal, sekitar 30 polisi dan beberapa petugas pemadam luka-luka,” lanjut Macron, menegaskan dampak serius dari kerusuhan. Ia juga menambahkan, “Pikiran saya juga bersama seorang polisi di Coutances yang kini dalam kondisi koma,” menunjukkan empati terhadap korban luka parah.
Di tengah situasi pelik ini, Presiden Macron turut mengapresiasi respons cepat para pemain dan pelatih PSG yang segera mengutuk kerusuhan tersebut. Dalam pernyataan resminya, PSG menegaskan bahwa aksi kekerasan tersebut sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai klub. “Tindakan-tindakan terisolasi ini bertentangan dengan nilai-nilai klub dan sama sekali tidak mewakili mayoritas pendukung kami, yang perilakunya sepanjang musim ini patut diapresiasi,” bunyi pernyataan klub, memisahkan diri dari perilaku destruktif minoritas.