Teknologi Bedah Robot Indonesia Tertinggal: Menkes Budi Gunadi Sadikin Kejar Ketertinggalan dengan Strategi Laparoskopi
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan keprihatinan atas ketertinggalan teknologi kedokteran Indonesia, khususnya dalam bidang bedah robotik. Dalam peresmian penggunaan robot bedah Da Vinci di Rumah Sakit Siloam, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025), beliau menjelaskan Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga. Singapura, misalnya, telah memiliki tujuh rumah sakit yang dilengkapi robot bedah Da Vinci, unggul lebih dari 20 tahun dibandingkan Indonesia. Thailand unggul 9 tahun dan Malaysia 3 tahun. Kondisi ini, menurut Menkes Budi, disebabkan minimnya fasilitasi pemerintah selama ini.
Menyadari urgensi pengejaran ketertinggalan ini, Menkes Budi berkomitmen untuk mempercepat implementasi operasi robotik. Langkah strategis yang diambil adalah pembentukan komite robotik dan peningkatan kompetensi dokter bedah. Namun, sebelum menuju operasi robotik canggih seperti dengan robot Da Vinci, tahapan penting yang diprioritaskan adalah penguasaan teknik laparoskopi. Dengan dukungan dana US$ 4 miliar dari pinjaman Bank Dunia, langkah ini dinilai efisien dan efektif.
Untuk mempercepat penguasaan laparoskopi, Menkes Budi menginstruksikan kolegium bedah digestif dan kolegium bedah untuk menurunkan kompetensi laparoskopi kepada seluruh dokter bedah umum. Hal ini penting mengingat terbatasnya jumlah spesialis bedah digestif di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Targetnya, dalam dua hingga tiga tahun ke depan, setiap kabupaten/kota akan memiliki alat laparoskopi. Penguasaan laparoskopi oleh dokter umum dianggap sebagai fondasi penting sebelum beralih ke operasi robotik.
Menkes Budi menjelaskan, tiga jenis operasi umum di Indonesia—hernia, usus buntu, dan kantong empedu—akan jauh lebih nyaman bagi pasien jika dilakukan dengan teknik laparoskopi. Dengan pelatihan intensif, diharapkan dalam setahun kolegium bedah mampu mencetak dokter bedah umum yang kompeten dalam laparoskopi, menjadikannya siap untuk melakukan operasi robotik di masa mendatang. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan bedah dan memperkecil kesenjangan teknologi kesehatan dengan negara-negara lain di kawasan.