Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membongkar praktik merugikan petani: Keuntungan fantastis tengkulak beras mencapai Rp 313 triliun per tahun! Angka ini didapat dari selisih harga beli dari petani dan harga jual kepada konsumen. Tengkulak, perantara antara produsen dan konsumen, menguasai rantai pasok beras dari sentra produksi hingga pengecer.
Amran menjelaskan perhitungannya: selisih harga beras rata-rata Rp 2.000 per kilogram, dikalikan dengan produksi 21 juta ton selama lima bulan pertama tahun 2025, menghasilkan keuntungan tengkulak sebesar Rp 42 triliun hanya dalam periode tersebut. Ini baru sebagian kecil dari total keuntungan tahunan yang mencapai angka triliunan rupiah.
Sebagai solusi, pemerintah mendorong Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih untuk mengambil alih peran tengkulak dalam rantai pasok beras nasional. Amran memastikan Kopdes Merah Putih tidak akan meraup keuntungan sebesar tengkulak. Jika tengkulak meraup Rp 313 triliun, Kopdes Merah Putih ditargetkan hanya memperoleh sekitar Rp 50 triliun.
Keuntungan yang “hilang” dari margin keuntungan tengkulak, menurut Amran, akan dialihkan kepada petani dan konsumen. Dengan demikian, petani dan konsumen akan menikmati keuntungan sebesar Rp 263 triliun, jauh lebih besar daripada keuntungan Kopdes Merah Putih. Langkah ini diharapkan menciptakan ekosistem beras yang lebih adil dan menguntungkan seluruh pihak. Amran optimistis program ini akan membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan petani dan konsumen.