Ketegangan di Perbatasan Thailand-Kamboja Kembali Memanas: Gencatan Senjata Dilanggar?
Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali memanas hanya beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata dicapai. Militer Thailand mengecam keras tindakan Kamboja yang diduga telah melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati pada Senin, 27 Juli 2025, tengah malam. Pihak Thailand menuduh pasukan Kamboja melancarkan serangan ke beberapa pos perbatasan mereka sesaat setelah kesepakatan damai diresmikan.
Mayor Jenderal Winthai Suvaree, juru bicara militer Thailand, menyatakan bahwa setelah tengah malam, pasukan Kamboja melepaskan tembakan ke beberapa wilayah di Thailand, termasuk Chong An Ma, Chong Bok, Prasat Ta Kwai, Phu Makhuea, dan Sam Tae. “Tindakan ini menunjukkan niat untuk melanggar perjanjian gencatan senjata dan merusak kepercayaan bersama,” tegas Mayjen Winthai, seraya menambahkan bahwa militer Thailand telah memberikan balasan yang terukur atas serangan tersebut. Namun, Mayjen Winthai menekankan bahwa Thailand tetap mematuhi perjanjian gencatan senjata dengan menghentikan tembakan segera setelah tengah malam.
Perjanjian gencatan senjata tanpa syarat itu sendiri merupakan hasil dari perundingan damai yang difasilitasi oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, di Malaysia pada 28 Juli 2025. Pertemuan lanjutan antara pimpinan militer kedua negara di perlintasan perbatasan Chong Chom, Provinsi Surin, Thailand, pada pukul 10.00 waktu setempat keesokan harinya, bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan tersebut. Sayangnya, perdamaian yang diharapkan nampaknya rapuh.
Dalam pernyataan resminya, Perdana Menteri Anwar Ibrahim, yang juga menjabat sebagai Ketua ASEAN 2025, menyampaikan kesepakatan gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang berlaku selama 24 jam, dimulai dari tengah malam tanggal 28 Juli 2025. Ironisnya, belum genap 24 jam, Thailand melaporkan terjadinya serangan dari pihak Kamboja, yang baru mereda sekitar pukul 05.30 waktu setempat. Insiden ini menimbulkan pertanyaan besar tentang komitmen kedua negara untuk menjaga perdamaian di perbatasan. Ke depannya, perlu pengawasan ketat dan komitmen yang lebih kuat dari kedua belah pihak untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.