Thames London: Menggapai Mimpi Masa Kecil di Sungai Ikonik

Avatar photo

- Penulis Berita

Minggu, 15 Juni 2025 - 01:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Petualangan Spontan ke London: Menjelajahi Pesona Kota dan Detail Penting ETA Inggris Pasca-Brexit

“Bagaimana kalau minggu depan kita terbang ke London?” Pertanyaan dari suami di seberang telepon itu sontak membangkitkan impian masa kecil saya. London, kota megah yang merupakan ibu kota Inggris dan Britania Raya, selalu menempati tempat istimewa dalam benak saya sejak dulu. Mungkin karena kenangan manis akan cokelat Cadbury yang sering dibawa Ayah pulang dari tugas atau sebagai oleh-oleh dari koleganya, seolah menjadi jembatan menuju kota impian itu.

“Oke, nanti akan kutanyakan pada putri kita,” jawab saya sambil tersenyum, disambut tawa kecil suami.

Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, di mana jadwal liburan sekolah kami selalu terencana jauh hari demi menghindari padatnya pesawat dan hotel, kini perjalanan kami sering kali dilakukan secara spontan. Sejak anak memasuki usia remaja, fleksibilitas menjadi kunci dalam menentukan destinasi liburan.

Dugaan saya tidak meleset, putri kami tentu saja menyetujui rencana perjalanan ini. Saya pun segera bergegas mencari penginapan, berdiskusi dengan suami mengenai lokasi yang ideal. Kriteria kami adalah tempat yang berada di jantung kota London, mudah dijangkau dengan berjalan kaki ke berbagai titik penting, serta dekat dengan halte bus dan stasiun kereta. Beruntung, saat itu belum memasuki masa liburan panjang sekolah, sehingga pencarian hotel tidak menemui kesulitan berarti.

Liburan sekolah dua minggu di beberapa negara bagian Jerman, yang dikenal sebagai Pfingstferien atau liburan Pentakosta, menjadi momen yang tepat. Meski tidak diberlakukan di seluruh negara bagian—sebagian hanya libur pada hari Senin (Pfingstmontag), hari libur kedua Hari Raya Pentakosta—masa ini cukup memberi kami keleluasaan untuk bepergian.

“Ma, boleh tidak Claire ikut menginap dengan kita di London?”

Pertanyaan putri saya itu membuat saya tertawa. Sebetulnya, saya juga berencana menawari temannya untuk bergabung. Claire (bukan nama sebenarnya) adalah siswa pertukaran dari Inggris yang pernah tinggal sementara di rumah kami selama program pertukaran pelajar di Jerman. Sebaliknya, putri saya juga pernah menginap di rumah Claire di Yorkshire. Saya yakin, liburan akan terasa jauh lebih menyenangkan bagi kedua gadis muda ini jika mereka bisa menjelajahi London bersama. Tak terasa, sudah dua tahun berlalu sejak Claire berada di Jerman.

Memahami Kebijakan ETA Inggris Setelah Brexit

Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa, atau yang dikenal dengan Brexit (singkatan dari Britain dan Exit), telah membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, termasuk kebijakan masuk bagi wisatawan. Sebelumnya, warga dari negara-negara Uni Eropa dan beberapa negara bebas visa dapat masuk ke Britania Raya hanya dengan kartu identitas. Namun, pasca-Brexit, warga Uni Eropa kini wajib memiliki paspor untuk memasuki Britania Raya, sebuah peraturan yang juga berlaku sebaliknya bagi warga Britania Raya.

Tahun ini, ada peraturan baru yang penting untuk diketahui: pemberlakuan Otorisasi Perjalanan Elektronik atau ETA (Electronic Travel Authorization) yang mulai berlaku pada 2 April 2025. ETA ini akan menjadi syarat wajib bagi kunjungan singkat (sampai 6 bulan) ke Inggris. Proses permohonannya relatif mudah dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit hingga konfirmasi diterima. Biayanya sebesar 16 Poundsterling (GBP), atau sekitar Rp353.000 sesuai nilai tukar saat ini. ETA ini berlaku sebagai *multiple entry* selama dua tahun, atau kurang, sesuai masa berlaku paspor Anda.

Jejak Sejarah dan Keindahan Sungai Thames di London

Penerbangan kami berjalan lancar dari bandara Stuttgart menuju London Heathrow, menempuh waktu sekitar satu setengah jam. Perbedaan waktu antara Jerman dan Inggris adalah satu jam. Perjalanan dari bandara Heathrow menuju penginapan memakan waktu sekitar setengah jam, dan sepanjang jalan saya tak henti mengagumi bentuk-bentuk rumah di kota ini yang begitu menarik, seolah melihat langsung suasana yang sering tergambar dalam film-film berlatar London.

Kami tiba tanpa kelelahan berarti, berkat waktu tempuh yang tidak terlalu panjang. Lokasi penginapan kami sungguh ideal, tepat di pinggir Sungai Thames yang indah, sebuah sungai yang menyimpan sejarah panjang sejak 30 juta tahun yang lalu. Sungai Thames dulunya merupakan anak Sungai Rhine*, yang kemudian berevolusi menjadi jalur vital dalam perdagangan, industri, dan kehidupan sosial masyarakat London dan sekitarnya. Perubahan jalur ini disebabkan oleh berbagai peristiwa geologis, termasuk Zaman Es.

[*Sungai Rhine berasal dari Pegunungan Alpen Swiss dan mengalir ke beberapa negara Eropa, seperti Swiss, Liechtenstein, Austria, Jerman, Prancis, dan Belanda.]

Keindahan Sungai Thames, yang merupakan bagian dari sungai terpanjang di Inggris, pernah menghadapi tantangan lingkungan serius. Sekitar pertengahan tahun 1800-an, masalah polusi mencapai puncaknya, membuat Thames dijuluki “The Great Stink.” Situasi ini memaksa semua pihak untuk melakukan perbaikan infrastruktur besar-besaran demi memulihkan kelestarian lingkungan. Usaha serius ini tentu saja tidak terjadi dalam semalam. Namun, tidak ada usaha yang sia-sia. Kini, kita mengenal Sungai Thames sebagai sungai yang bersih dan indah, memiliki 45 pintu air, dan dihuni lebih dari 125 spesies ikan. Thames juga merupakan satu-satunya sungai di Eropa yang memiliki jalur jalan setapak nasional di sepanjang tepiannya, menawarkan pengalaman yang unik bagi setiap pengunjung.

Menikmati London: Berjalan-jalan Tanpa Menjadi Wisatawan Biasa

Seperti biasa, liburan kami selalu dilakukan dengan santai, tanpa dikejar jadwal harus mengunjungi tempat-tempat tertentu. Setiap sudut kota London yang memukau ini memancing keingintahuan dan selalu menarik untuk dieksplorasi. Jadi, mengunjungi tempat ikonik atau tidak, bagi saya sama menariknya.

Setiap orang memiliki ketertarikan yang berbeda-beda. Seseorang mungkin berujar, “Belum ke London kalau belum mengunjungi Buckingham Palace,” atau tempat-tempat ikonik lainnya. Namun, bagi saya, pengalaman terbaik adalah mengunjungi tempat-tempat sesuai keinginan hati dan waktu yang tidak terburu-buru. Selain itu, saya berusaha sebisa mungkin untuk menghindari tempat yang terlalu padat, agar dapat menikmati suasana London dengan lebih personal. Ini beberapa oleh-oleh foto dari liburan yang baru saja kami lalui di London.

Salam hangat akhir musim semi menuju *summer*,

Hennie Triana Oberst
Germany, 14.06.2025

Berita Terkait

Taman Kota Salatiga: Liburan Keluarga Asyik, Harga Murah!
Anyer Murah Meriah: 5 Penginapan Pinggir Pantai Hadap Laut Terbaik
Liburan Hemat: 5 Wisata Gratis di Bogor, Akhir Pekan Seru!
Air Terjun Sulawesi Utara: 2 Surga Tersembunyi untuk Liburanmu
Glamping The Edge Harau: Healing di Lembah Harau, Sumatera Barat
Hotel Bintang 3 & 4 Terbaik di Sampit: Rekomendasi Pusat Kota
Air Terjun Tengku Siwa Flores Utara: Surga Tersembunyi nan Ajaib
Staycation Mewah & Ramah Lingkungan di Plataran Puncak: Liburan Impian

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 13:45 WIB

Taman Kota Salatiga: Liburan Keluarga Asyik, Harga Murah!

Minggu, 15 Juni 2025 - 13:25 WIB

Anyer Murah Meriah: 5 Penginapan Pinggir Pantai Hadap Laut Terbaik

Minggu, 15 Juni 2025 - 08:36 WIB

Liburan Hemat: 5 Wisata Gratis di Bogor, Akhir Pekan Seru!

Minggu, 15 Juni 2025 - 01:55 WIB

Thames London: Menggapai Mimpi Masa Kecil di Sungai Ikonik

Sabtu, 14 Juni 2025 - 23:25 WIB

Air Terjun Sulawesi Utara: 2 Surga Tersembunyi untuk Liburanmu

Berita Terbaru

Politics

Serangan Israel ke Iran: KBRI Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban

Minggu, 15 Jun 2025 - 14:55 WIB

Technology

Bongkar DCT Mobil Salah? Komponen Ini Bakal Rusak!

Minggu, 15 Jun 2025 - 14:49 WIB

Autos

Kawasaki Z400RS: Retro Klasik, Mesin 4 Silinder Garang!

Minggu, 15 Jun 2025 - 14:29 WIB

Technology

Scoopy Special Edition: Cat Pastel Bukan Decal! Kapan Sampai?

Minggu, 15 Jun 2025 - 14:19 WIB