Gunung Rinjani, Slamet, dan Prau: Polemik “Booking Lahan Camp” Guncang Dunia Pendakian
Sejumlah video viral di TikTok dan Instagram mengungkap dugaan praktik “booking lahan camp” oleh porter yang diduga berafiliasi dengan Tiga Dewa Adventure, operator wisata pendakian gunung (TO). Warganet ramai-ramai membagikan pengalaman mereka diusir dari lokasi perkemahan yang telah mereka siapkan, dengan alasan lahan tersebut telah dipesan oleh kelompok lain yang tergabung dengan TO tersebut.
Salah satu video yang paling menyita perhatian berasal dari akun @luluvitaaasa_. Dalam video tersebut, seorang pendaki menceritakan bagaimana mereka dipaksa pindah dari lokasi perkemahan di Pos Plawangan 2 Gunung Rinjani setelah tenda mereka telah berdiri, karena disebut telah dibooking. Pendaki tersebut mengaku telah bertanya kepada porter setempat, namun tetap diminta untuk pindah. Kisah serupa juga bermunculan dari pendakian Gunung Slamet, di mana pendaki dilarang mendirikan tenda karena area perkemahan diklaim telah penuh oleh peserta dari sebuah TO, meskipun masih banyak tempat kosong. Akun TikTok N**mi menjadi salah satu yang turut menyuarakan pengalaman ini.
Menanggapi polemik yang terus meluas dan berdampak negatif pada reputasinya, Tiga Dewa Adventure akhirnya mengeluarkan klarifikasi resmi. Dalam klarifikasi tersebut, mereka menyampaikan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi dan menegaskan tidak pernah melakukan praktik “booking lahan camp.”
Tiga Dewa Adventure menyatakan telah melakukan investigasi internal terhadap seluruh jajarannya, mulai dari pengurus hingga porter lokal. Mereka menekankan bahwa penggunaan jasa porter lokal, yang membantu mendirikan tenda dan membawa logistik, bukan berarti memberikan hak monopoli atas area perkemahan. Jika terbukti ada oknum yang terlibat dalam praktik “booking lahan,” perusahaan berjanji akan menindak tegas sesuai regulasi yang berlaku. Sebagai bentuk komitmen transparansi, Tiga Dewa Adventure membuka saluran komunikasi melalui nomor telepon 0895-3280-9337 untuk konfirmasi dan klarifikasi lebih lanjut. Mereka juga meminta akun media sosial yang telah menyebarkan informasi yang dianggap tidak benar untuk menghapus postingan terkait dan menghormati nama baik perusahaan. Terakhir, Tiga Dewa Adventure menyatakan akan menempuh jalur hukum terhadap pihak yang terbukti menyebarkan berita bohong atau hoax. Mereka mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam dan tetap menjunjung tinggi etika dalam kegiatan pendakian.
Semoga polemik ini menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak, agar kegiatan pendakian dapat tetap berlangsung dengan harmonis dan menjunjung tinggi prinsip keadilan serta kelestarian alam.
Baca juga:
* Pendaki yang Hilang di Gunung Merbabu Ditemukan Meninggal Dunia
* Petualangan Seru di Gunung Papandayan