Berikut adalah peningkatan artikel berita tersebut:
—
Skandal Naturalisasi Ilegal Guncang Asia Tenggara: Dari Kasus Timor Leste Hingga Bayang-bayang Ancaman untuk Timnas Malaysia
Dunia sepak bola Asia Tenggara pernah digemparkan oleh sebuah skandal besar yang berujung pada hukuman berat bagi sebuah tim nasional. Pada tahun 2017, sorotan tajam tertuju pada Federasi Sepak Bola Timor Leste (FFTL) setelah muncul dugaan penggunaan pemain naturalisasi ilegal. Kasus ini mencuat ketika sejumlah pemain kelahiran Brasil secara mencurigakan tiba-tiba memperkuat skuad Timor Leste dalam turnamen-turnamen Asia, memicu serangkaian penyelidikan mendalam.
Investigasi yang dilakukan kemudian membongkar praktik ilegal FFTL yang terbukti memalsukan dokumen untuk 12 pemain kelahiran Brasil agar dapat bermain di tim nasional. Sembilan dari pemain tersebut bahkan telah membela Timor Leste dalam 29 pertandingan di kompetisi AFC, tujuh di antaranya berada di bawah yurisdiksi FIFA. Konfirmasi dari AFC menegaskan, “Menurut dokumen yang diserahkan Federasi Sepak Bola Timor Leste ke AFC, kelompok pemain Brasil yang memenuhi syarat untuk bermain untuk tim nasional adalah mereka yang orang tuanya lahir di Timor Leste. Dokumen ini palsu.” Pernyataan ini menjadi bukti tak terbantahkan atas pelanggaran serius yang dilakukan.
Akibat pelanggaran berat ini, sanksi tegas pun dijatuhkan. Timnas Timor Leste dilarang berpartisipasi dalam Kualifikasi Piala Asia 2023. Tak hanya itu, seluruh hasil 29 pertandingan yang melibatkan pemain tidak sah dibatalkan, dan FFTL dijatuhi denda sebesar 76.000 dolar AS. Hukuman individu juga diberikan, di mana Sekretaris Jenderal FFTL, Amandio de Araujo Sarmento, dilarang terlibat dalam semua kegiatan sepak bola selama tiga tahun, sementara pejabat lain didenda 3.000 dolar AS.
Penyelidikan ini sendiri bermula dari kecurigaan dan keluhan Federasi Sepak Bola Palestina. Mereka curiga setelah Timor Leste menunjukkan performa mengejutkan di putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2018, menahan imbang Malaysia dan Palestina. Puncak kecurigaan terjadi saat Timor Leste bermain imbang 1-1 dengan Palestina dengan menurunkan tujuh pemain naturalisasi, yang kemudian mendorong Palestina untuk mengajukan aduan resmi ke AFC dan FIFA.
Salah satu pemain kelahiran Brasil yang terlibat, Patrick Fabiano, kemudian angkat bicara. Ia mengungkapkan bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki garis keturunan atau hubungan dengan Timor Leste, dan hanya menerima undangan dari federasi saat ia bermain di Uni Emirat Arab. “Kami hanya berkumpul, berlatih, dan bermain,” ujar Fabiano, “Penanggung jawab berkas akan membantu kami mendaftar ke AFC. Kami tidak mencampuri atau memalsukan dokumen apa pun.” Pernyataan ini mengindikasikan adanya celah dan praktik yang dimanfaatkan oleh federasi.
Kisah pahit yang menimpa Timor Leste ini kini membayangi Timnas Malaysia. Belakangan, rumor santer beredar bahwa Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) berpotensi menghadapi nasib serupa, menyusul kebijakan naturalisasi besar-besaran yang mereka lakukan. FAM diketahui baru saja menaturalisasi tujuh pemain, yang sebagian besar berasal dari Amerika Selatan. Kehadiran mereka terbukti sangat berpengaruh, terutama saat Malaysia menghantam Vietnam 4-0 dalam Kualifikasi Piala Asia 2027, di mana tiga dari pemain naturalisasi tersebut langsung mencetak gol dalam debut mereka.
Namun, hingga kini, FAM belum secara transparan membeberkan detail mengenai asal usul garis keturunan Malaysia yang dimiliki oleh ketujuh pemain tersebut. Hal ini sontak memicu keraguan luas di kalangan penggemar sepak bola Asia Tenggara mengenai legalitas dan keabsahan proses naturalisasi yang dilakukan.
Melihat preseden kasus Timor Leste, Timnas Vietnam, yang kini berada dalam posisi sulit untuk lolos ke Piala Asia 2027 setelah kekalahan telak 0-4 dari Malaysia, bisa saja mengambil langkah serupa Palestina dengan mengajukan keluhan resmi kepada FIFA atau AFC. Jika aduan ini dilayangkan, bukan tidak mungkin kedua badan sepak bola tertinggi itu akan membuka penyelidikan terhadap FAM dan proses naturalisasi ketujuh pemain tersebut. Kekhawatiran ini diperkuat oleh pandangan pakar sepak bola Vietnam, Quang Huy. Ia menyoroti bagaimana media sosial ramai membicarakan potensi hukuman berat bagi sepak bola Malaysia dari FIFA dan AFC. “Yang menarik perhatian media adalah bahwa pemain naturalisasi Malaysia muncul hanya dalam beberapa bulan dan artinya mereka baru ditemukan beberapa bulan lalu, tetapi dengan cepat memperoleh kewarganegaraan,” ujar Quang Huy. Ia menambahkan, “FIFA, yang telah berhasil menangani kasus Timor Leste, tentu akan memperhatikan kasus-kasus naturalisasi mendadak seperti saat ini dan tidak menutup kemungkinan untuk membuka penyelidikan.”