Rumah produksi Imajinari, bekerja sama dengan Jagartha dan Trinity Entertainment, siap menghadirkan karya terbaru mereka, sebuah film komedi getir berjudul *Tinggal Meninggal*. Penantian akan film ini semakin menarik karena menandai debut Kristo Immanuel, aktor sekaligus komedian ternama, sebagai sutradara. Dijadwalkan tayang serentak di bioskop mulai 14 Agustus 2025, *Tinggal Meninggal* digadang-gadang akan menawarkan tontonan yang unik dan penuh makna.
Tak hanya mengemban tugas penyutradaraan, Kristo Immanuel juga mengambil peran sentral dalam penulisan skenario *Tinggal Meninggal*, berkolaborasi dengan sang istri, Jessica Tjiu, yang turut bertindak sebagai ko-sutradara. Ide cerita yang mereka garap bersama lahir dari keresahan sosial yang mendalam. Dalam sebuah konferensi pers di Metropole XXI, Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 4 Juni 2025, Kristo menjelaskan, “Aku bareng istri mengangkat tema *comedy as coping mechanism*, alias komedi getir, berdamai dan menerima ujian hidup dengan tawa. Tema ini kami harapkan dapat membuat penonton terhibur.” Pendekatan ini menunjukkan komitmen mereka untuk menyajikan tontonan yang tidak hanya lucu, tetapi juga menyentuh aspek emosional dan psikologis penonton.
Antusiasme publik semakin memuncak setelah trailer resmi *film Tinggal Meninggal* dirilis melalui media sosial Imajinari pada tanggal yang sama. Trailer tersebut memperkenalkan sekilas performa para bintang utamanya, seperti Omara Esteghlal, Mawar De Jongh, dan Jared Ali. Lalu, kisah seperti apa yang sesungguhnya diangkat dalam film *Tinggal Meninggal* ini?
### Sinopsis *Tinggal Meninggal*
*Tinggal Meninggal* mengisahkan perjalanan Gema, seorang pria paruh baya yang hidup dalam kesendirian. Kehidupannya yang monoton mendadak berubah ketika ayahnya meninggal. Anehnya, kematian sang ayah justru membawa perhatian dan empati yang melimpah dari rekan-rekan kerjanya, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, ketika simpati itu perlahan memudar dan Gema kembali terjerembab dalam kesunyian, sebuah pertanyaan gelap mulai menghantuinya: “Siapa lagi yang harus mati?” Film ini mengeksplorasi sisi tergelap manusia dalam mencari perhatian dan koneksi.
Lebih jauh, trailer film ini juga menampilkan adegan percakapan yang absurd antara Gema dewasa dengan sosok masa kecilnya. Uniknya, lawan bicaranya bukanlah anak kecil sungguhan, melainkan hanya potret dirinya sendiri saat masih duduk di bangku TK. Dalam dialog imajiner yang menggelitik namun getir itu, ‘Gema kecil’ mengusulkan gagasan ekstrem: jika ibunya meninggal, teman-teman kantornya pasti akan kembali menaruh perhatian padanya. Interaksi tak lazim ini memicu pertanyaan yang lebih dalam tentang isolasi, batas imajinasi, dan bagaimana seseorang bisa mencari validasi serta simpati dari lingkungannya.
### Daftar Pemain Film *Tinggal Meninggal*
Diproduseri oleh Dipa Andika dan Ernest Prakasa, *Tinggal Meninggal* merupakan film ketujuh dari rumah produksi Imajinari yang selalu konsisten menghadirkan karya-karya berkualitas. Film ini kembali menegaskan komitmen Imajinari dalam menyajikan cerita-cerita orisinal yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
Berikut adalah daftar lengkap pemain yang akan menghidupkan karakter-karakter unik dalam film *Tinggal Meninggal*, yang direncanakan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 14 Agustus 2025:
* Omara Esteghlal sebagai Gema (Dewasa)
* Jared Ali sebagai Gema (Kecil)
* Nirina Zubir
* Mawar de Jongh sebagai Kerin
* Muhadkly Acho sebagai Pak Cokro
* Ardit Erwandha sebagai Ilhan
* Shindy Huang sebagai Adriana
* Mario Caesar sebagai Danu
* Nada Novia sebagai Naya
Deretan nama ini menjanjikan kolaborasi akting yang kuat, menghadirkan kedalaman emosi dan humor yang khas dalam cerita *Tinggal Meninggal*.
### Proses Kreatif di Balik Layar *Tinggal Meninggal*
Dalam aspek proses kreatifnya, Kristo Immanuel mengungkapkan bahwa *Tinggal Meninggal* mengadopsi gaya penceritaan ‘breaking the fourth wall’, sebuah teknik di mana karakter dalam film secara langsung berinteraksi atau berbicara kepada penonton. Kristo mengaku bahwa pendekatan sinematik ini telah lama memikatnya. “Aku suka banget film-film dan series-series yang menggunakan *breaking the fourth wall*,” tuturnya.
Menurut Kristo, gaya penceritaan ini sangat relevan dan selaras dengan karakter serta tema yang diusung dalam film *Tinggal Meninggal*. Ia menjelaskan, “Karena aku suka banget misalnya kalau di momen-momen *awkward*, di momen-momen yang *cringe*, di momen-momen enggak nyaman, kayak pengen ngomong ke kamera.” Kristo meyakinkan bahwa teknik ini akan menjadi elemen kunci yang banyak muncul dalam film, khususnya sebagai bentuk ‘momen ngomong sendirinya (tokoh) Gema’ yang akan memperkaya pengalaman penonton.
Sebagai bagian dari generasi Zenial, yaitu mereka yang lahir sekitar tahun 1997 – berada di antara Gen Z dan Milenial – Kristo menyusun narasi *Tinggal Meninggal* dengan melakukan riset mendalam. Ia mengumpulkan data melalui pencarian daring dan percakapan langsung dengan teman-teman dari generasi Gen Z, serta berdialog dengan rekan-rekan yang berkarier di agensi, mengingat latar cerita film ini berlokasi di lingkungan kerja serupa. Melalui riset komprehensif ini, Kristo berupaya keras untuk merefleksikan kegelisahan yang lazim dialami generasi muda, khususnya terkait isu pendewasaan dan kompleksitas relasi sosial. Tema-tema universal seperti kesepian, upaya pencarian makna hidup, dan dorongan intrinsik untuk diakui, menjadi inti spiritual yang menggerakkan seluruh alur cerita *Tinggal Meninggal*.
