RAGAMHARIAN.COM – Momen istimewa terjadi di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK), Bukittinggi, Sumatera Barat. Dua bayi Harimau Sumatera lahir pada 3 Mei 2025, dan kini telah resmi diberi nama oleh sosok publik nasional, Siti Hediati Hariyadi atau yang lebih dikenal dengan Titiek Soeharto.
Permintaan untuk memberikan nama kepada bayi harimau langka itu datang langsung dari Kementerian Kehutanan. Setelah mempertimbangkan dengan cermat, Titiek pun mengumumkan pilihan namanya. Bayi harimau jantan diberi nama Rizky, sementara si betina dinamai Lestari. Dua nama ini mencerminkan harapan akan keberlangsungan hidup satwa langka tersebut.
“Saya sempat berpikir beberapa hari untuk mencari nama yang tepat. Alhamdulillah, baru tadi malam saya temukan namanya,” ucapnya saat berbicara dalam kunjungan ke TMSBK.
Titiek, yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPR RI, menyampaikan kebahagiaannya melihat keberhasilan TMSBK dalam melestarikan spesies endemik Indonesia seperti Harimau Sumatera. Menurutnya, kelahiran bayi harimau ini merupakan berkah luar biasa di tengah upaya pelestarian satwa liar yang semakin menantang.
Ia juga mengungkapkan kekaguman terhadap keberadaan TMSBK yang sudah berdiri sejak masa kolonial. Kebun binatang ini diketahui mulai beroperasi pada tahun 1929, dan menjadi satu-satunya kebun binatang yang letaknya berada tepat di pusat kota Bukittinggi.
“Banyak masyarakat mungkin belum tahu bahwa kebun binatang ini sudah ada sejak zaman Belanda, dan uniknya berada di tengah kota. Ini warisan sejarah yang luar biasa,” tuturnya.
Pemberian nama Rizky dan Lestari bukan hanya simbol kasih sayang pada satwa, tetapi juga wujud dari komitmen bangsa dalam upaya konservasi. Nama Rizky mengandung doa agar sang harimau tumbuh sehat dan membawa keberuntungan dalam pelestarian spesiesnya. Sementara itu, nama Lestari mencerminkan harapan agar keberadaan Harimau Sumatera terus terjaga dari generasi ke generasi.
Kelahiran bayi Harimau Sumatera ini juga menjadi pengingat bahwa habitat asli mereka semakin terancam oleh deforestasi, perburuan liar, dan konflik dengan manusia. Oleh karena itu, keberadaan lembaga konservasi seperti TMSBK sangat krusial dalam memastikan populasi mereka tetap bertahan.
Dengan penambahan dua anggota baru, TMSBK tidak hanya menjadi destinasi wisata edukatif, tetapi juga lokasi penting dalam pelestarian satwa dilindungi. Kegiatan pemberian nama oleh pejabat negara juga memperlihatkan sinergi antara pemerintah dan institusi konservasi dalam mendorong kepedulian publik terhadap perlindungan satwa langka.