Tragedi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya: KNKT Ungkap Penyebabnya
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya mengungkap hasil investigasi atas tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada 2 Juli 2025. Plt. Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT, Anggiat Pandiangan, memaparkan temuan tersebut dalam Rapat Kerja Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan pada Selasa (8/7/2025).
Berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, kondisi awal pelayaran dilaporkan normal. Mesin beroperasi lancar, visibilitas baik, cuaca cerah tanpa hujan atau kabut. Namun, sekitar 30 menit perjalanan, musibah mulai terjadi. Mualim jaga merasakan kemiringan kapal ke kanan. Segera setelah itu, air laut terlihat masuk ke kamar mesin melalui pintu yang terbuka.
Juru mudi, kelasi, dan juru minyak di kamar mesin mengamati hal yang sama. Juru minyak bergegas keluar, sementara mualim jaga memerintahkan awak kapal membantu penumpang mengenakan jaket pelampung dan mempersiapkan evakuasi. Nahkoda, yang tengah beristirahat, dibangunkan dan langsung mengambil alih kemudi seraya mengirimkan sinyal bahaya. Sayangnya, beberapa menit setelah panggilan darurat, KMP Tunu Pratama Jaya mulai tenggelam, dengan buritan kapal tenggelam lebih dulu.
KNKT memastikan pintu kamar mesin dalam keadaan terbuka saat kejadian, sehingga air laut masuk dan menyebabkan kapal miring. Anggiat menekankan bahwa pintu tersebut seharusnya selalu tertutup selama pelayaran. Kondisi laut saat itu cukup buruk, dengan gelombang setinggi 2-3 meter dan angin kencang bertiup dari utara ke selatan.
Investigasi KNKT juga menelisik riwayat perawatan dan pemeriksaan KMP Tunu Pratama Jaya. Kapal terakhir kali menjalani pengedokan dan pemeriksaan oleh surveyor Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) pada 21 Oktober 2024. Pemeriksaan oleh *Marine Inspector* juga dilakukan pada 3 Juni 2025, dengan hasil yang dinyatakan baik. Namun, KNKT akan melakukan investigasi lebih lanjut, termasuk mengumpulkan bukti tambahan dari pemilik kapal, memeriksa prosedur perusahaan, proses pelatihan keselamatan awak kapal, dan mengundang BKI untuk memeriksa riwayat kapal secara detail. Simulasi *damage stability* juga akan dilakukan untuk menganalisis dampak kebocoran kapal terhadap kestabilannya. Penyelidikan menyeluruh ini diharapkan dapat mengungkap seluruh fakta dan mencegah tragedi serupa di masa mendatang.