RAGAMHARIAN.COM – Hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Afrika menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam empat tahun terakhir. Dalam periode 2020 hingga 2024, volume perdagangan bilateral meningkat dua kali lipat, mencerminkan potensi besar dalam kerja sama antar kawasan Selatan-Selatan yang semakin kokoh.
Menurut Ketua Perkumpulan Duta Besar Afrika di Jakarta, yang juga menjabat sebagai Duta Besar Mozambik untuk Indonesia, Belmiro José Malate, nilai perdagangan antara kedua pihak melonjak dari USD7,5 miliar pada 2020 menjadi USD15,7 miliar pada 2024. Pencapaian ini disampaikan dalam acara peringatan Hari Afrika ke-63, yang digelar di Jakarta Pusat pada Jumat malam, 24 Mei 2025.
“Kemajuan ini sangat menggembirakan, tetapi masih banyak ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut,” ujar Malate.
Meski perkembangan perdagangan tergolong pesat, Malate menekankan pentingnya menggandakan inisiatif dan mekanisme untuk lebih memfasilitasi arus perdagangan dan investasi antar kedua kawasan. Ia juga menyoroti pentingnya komitmen kolektif dalam memperkuat hubungan bilateral maupun multilateral, terutama melalui skema kerja sama Selatan-Selatan.
“Kita dapat memperoleh manfaat dari potensi besar yang ditawarkan oleh keragaman sumber daya, pengalaman, dan pengetahuan bersama,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kemitraan sosial dan pembangunan segitiga antara Indonesia, East African Federation (EAF), dan Badan Pembangunan Uni Afrika.
“Kami percaya kemitraan ini akan membuka pintu terhadap permintaan yang relevan dengan inisiatif pembangunan yang digerakkan oleh Afrika sendiri,” jelas Rachmat.
Kerja sama ini, menurut Rachmat, diarahkan untuk merespons langsung prioritas pembangunan Afrika, dengan pendekatan inklusif dan berbasis kebutuhan lokal. Kolaborasi ini diharapkan menciptakan dampak nyata dalam penguatan infrastruktur ekonomi, pendidikan, dan kapasitas sumber daya manusia di negara-negara mitra.
Melalui momentum ini, baik Indonesia maupun Afrika memperlihatkan kesiapan dan semangat untuk memperdalam hubungan strategis lintas benua. Lonjakan nilai perdagangan bukan hanya menjadi indikator kemajuan ekonomi, tetapi juga mencerminkan kepercayaan dan stabilitas hubungan diplomatik yang terus diperkuat sejak Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955.
Dengan adanya strategi perdagangan yang semakin terbuka, insentif investasi, serta program-program pembangunan inklusif, kerja sama Indonesia-Afrika diprediksi akan terus tumbuh secara berkelanjutan dalam dekade mendatang.