Viktor Gyokeres, nama yang tak asing lagi di telinga penggemar sepak bola Eropa, terutama mereka yang mengikuti Liga Portugal. Dalam dua musim terakhir bersama Sporting Lisbon, penyerang asal Swedia ini telah menjelma menjadi mesin gol dan *assist* yang sangat produktif. Kecepatan dan insting mencetak golnya membawa Sporting meraih dua gelar Liga Portugal beruntun, di mana ia juga sukses menyabet gelar top skor liga dua kali berturut-turut, dengan torehan fantastis lebih dari 60 gol.
Performa gemilang ini tak pelak menarik perhatian raksasa-raksasa Eropa. Klub sekelas Barcelona, Arsenal, hingga Juventus dikabarkan sangat intens memonitor perkembangannya. Bahkan, Ruben Amorim, pelatih yang memolesnya di Sporting, disebut-sebut ingin memboyongnya ke Manchester United jika ia pindah haluan. Pemain kelahiran 1998 ini pun seketika menjadi ‘properti panas’ di bursa transfer, dan kepindahannya dari klub ibu kota Portugal itu seolah hanya tinggal menunggu waktu.
Namun, dinamika di bursa transfer tak selalu berjalan sesuai ekspektasi. Situasi berubah drastis ketika manajemen Sporting Lisbon mematok harga selangit, lebih dari 65 juta euro, bagi klub peminat. Angka fantastis ini sontak membuat klub-klub peminat berpikir ulang dan mulai mencari alternatif lain. Arsenal, misalnya, kini mengalihkan fokus ke Benjamin Sesko dari RB Leipzig, sementara Barcelona memilih mengejar tanda tangan Nico Williams dari Athletic Bilbao.
Ironisnya, status ‘properti panas’ yang melekat pada Gyokeres kini terasa ‘melempem’ bak kerupuk kena air. Meski performanya sangat stabil dan berada di usia puncaknya, keraguan muncul karena penyerang bernomor punggung 9 ini ternyata baru merasakan kompetisi level atas Eropa sejak didatangkan Sporting Lisbon pada 2023 dari Coventry City, Inggris. Sebelum bersinar di Lisbon, rekam jejak Gyokeres di level elit memang masih minim. Ia sempat berseragam Brighton antara 2018-2021, namun hanya tampil 8 kali dan mencetak satu gol, itupun hanya di ajang Piala FA dan Carabao Cup.
Selebihnya, pemain yang dulunya diboyong dari IF Brommapojkarna (klub kasta kedua dan ketiga Liga Swedia) ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan dipinjamkan ke klub seperti St Pauli di kasta kedua Bundesliga Jerman, Swansea City di Championship Division, sebelum akhirnya pindah permanen ke Coventry City. Pengalaman terbatas di kompetisi top inilah yang membuat klub-klub besar Eropa menjadi sangat berhati-hati, terutama saat mendatangkan penyerang dari Liga Portugal yang berstatus top skor dengan harga transfer tinggi dan rekam jejak terbatas di level teratas.
Kasus Darwin Nunez menjadi preseden paling mencolok. Pada tahun 2022, Liverpool memboyongnya dari Benfica dengan mahar 75 juta euro (belum termasuk bonus performa). Nunez, yang juga datang sebagai top skor Liga Portugal, memang mampu mencetak gol-gol krusial, namun performanya sangat inkonsisten. Kebetulan, penyerang Timnas Uruguay ini memiliki profil serupa dengan Gyokeres, terutama dalam hal pengalaman bertanding di kompetisi level atas Eropa. Selain Benfica, Nunez hanya memiliki pengalaman bermain di kasta kedua Liga Spanyol bersama Almeria. Tak heran, performanya cenderung naik-turun saat berkompetisi di liga yang jauh lebih menantang seperti Premier League.
Dari segi usia, peluang Gyokeres untuk mencicipi kompetisi yang lebih sulit juga relatif terbatas. Momen terbaiknya kemungkinan baru akan tiba di bursa transfer musim panas 2025. Masalahnya, tak banyak klub yang berani menggelontorkan dana jumbo untuk mendatangkan pemain dengan pengalaman level atas yang masih terbatas, terutama jika untuk rencana jangka pendek dan menengah. Untuk tujuan tersebut, klub-klub top lebih memilih penyerang yang sudah teruji, seperti yang dilakukan Barcelona saat merekrut Robert Lewandowski dari Bayern Munich.
Alhasil, pemain dengan selebrasi gol khasnya ini, yang tadinya dipuja bak properti panas, kini terlihat ‘melempem’ seperti kerupuk kena air. Meski belakangan dikabarkan bersitegang dengan manajemen Sporting, tampaknya akan sulit bagi Gyokeres untuk mendarat mulus di klub top Eropa dalam waktu dekat, mengingat kedua belah pihak sama-sama kukuh dengan sudut pandang masing-masing. Kalaupun bisa pindah, transfer ini kemungkinan tidak akan mendatangkan uang sebanyak harapan klub, dan klub pembelinya mungkin bukan tim yang benar-benar pas dengan ambisi sang pemain. Ironisnya, alih-alih perpisahan yang sensasional sesuai ‘hype’ yang selama ini beredar, kepindahan Viktor Gyokeres dari Sporting Lisbon mungkin akan terasa sunyi, karena peminat serius yang ada justru relatif terbatas.