Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya: Tenggelam di Selat Bali, Pencarian Korban Terus Digencarkan
Sebuah insiden maritim tragis mengguncang perairan Selat Bali pada Rabu malam (2/7), ketika Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya tiba-tiba tenggelam hanya 25 menit setelah bertolak dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kapal yang mengangkut 53 penumpang dan 12 kru ini diduga kuat mengalami kebocoran di ruang mesin sebelum akhirnya terbalik, memicu operasi pencarian dan penyelamatan besar-besaran.
Detik-detik mencekam insiden ini terekam saat pada Kamis (3/7) dini hari, sekitar pukul 00.16 WITA, petugas menerima sinyal darurat melalui kanal 17. Nakhoda KMP Tunu Pratama Jaya melaporkan adanya kebocoran serius di mesin kapal. Hanya berselang tiga menit, pada pukul 00.19 WITA, kapal mengalami *blackout* atau mati listrik total. Kondisi semakin genting, dan pada pukul 00.22 WITA, sebuah kapal lain, KMP Tunu Pratama Jaya 388, yang berupaya mendekat, melaporkan bahwa kapal nahas itu telah terbalik dan hanyut ke arah selatan dengan titik koordinat -08°09.371′, 114°25, 1569′. Kombes Pol Ariasandy, Kabid Humas Polda Bali, membenarkan dugaan awal kebocoran mesin namun menegaskan bahwa penyelidikan lebih lanjut masih dilakukan, dengan prioritas utama saat ini adalah pencarian korban.
Menhub Serahkan Investigasi ke KNKT
Menanggapi musibah ini, Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyatakan duka cita mendalam dan menegaskan komitmen pemerintah untuk mengusut tuntas penyebab tenggelamnya kapal. Dalam jumpa pers di Banyuwangi pada Kamis (3/7), Dudy menyampaikan bahwa seluruh proses investigasi akan diserahkan sepenuhnya kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “Prioritas kami saat ini adalah proses pencarian dan pertolongan, sementara investigasi mendalam akan dilakukan oleh KNKT sesuai tugasnya,” jelas Dudy, menekankan upaya sinergis dari Basarnas, kepolisian, TNI, dan ASDP dalam pencarian korban.
Korban Kemungkinan Terjebak di Dalam Kapal
Sementara itu, operasi pencarian dan penyelamatan korban terus digencarkan di Selat Bali. Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, mengungkapkan bahwa tim SAR hingga Kamis (3/7) siang masih fokus menyisir permukaan air di sekitar lokasi kejadian. Mengingat kondisi kapal yang kini telah tenggelam sepenuhnya, Nanang tidak menampik kemungkinan adanya korban yang masih terjebak di dalam bangkai kapal, meskipun prioritas awal tetap pada pencarian di permukaan. Area pencarian pun telah diperluas setelah sejumlah korban berhasil ditemukan, dimulai dari 6 mil laut sekitar lokasi kejadian.
Presiden Perintahkan Tanggap Darurat Cepat
Insiden KMP Tunu Pratama Jaya ini bahkan menarik perhatian langsung Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Meski tengah menjalani kunjungan kenegaraan dan ibadah umrah di Arab Saudi, Presiden Prabowo, melalui Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya, segera menerima laporan mengenai kecelakaan tragis yang diduga akibat cuaca buruk ini. Tanpa menunda, beliau langsung memberikan instruksi tegas kepada seluruh jajaran terkait, khususnya Basarnas, untuk memprioritaskan penyelamatan seluruh penumpang dan kru dengan tanggap darurat secepat mungkin. Arahan dari Tanah Suci ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam merespons setiap musibah yang menimpa warganya.
TNI AL dan Basarnas Kerahkan Pasukan Elite serta Peralatan Canggih
Dalam mendukung operasi SAR, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) turut mengerahkan kekuatan penuh. Setelah upaya awal dengan Rigid Inflatable Boat (RIB) terhambat karena kondisi kapal yang sudah terbalik dan hanyut, TNI AL langsung mengirimkan kapal perang seperti KRI Teluk Ende (TLE-517) dan KRI Tongkol (TKL-813), satu Pesawat Udara CN 235, dua unit Kapal Angkatan Laut (Kal), serta tim penyelam spesialis dan pasukan elite Komando Pasukan Katak (Kopaska). Operasi besar-besaran ini dipimpin langsung oleh Danguspurla Koarmada II. Kabasarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menambahkan, Basarnas juga menurunkan 13 personel Basarnas Special Group (BSG) yang memiliki kualifikasi khusus *underwater rescue*, didukung oleh sejumlah kapal SAR dan helikopter Dolphin untuk pemantauan visual dari udara. Upaya gabungan ini terus dilakukan demi menemukan seluruh korban yang masih belum ditemukan.